Tumpang sari Jagung dan Cabai Rawit
Tumpang sari Cabai dan Jagung
Budidaya – Lahan yang semakin menyempit dan biaya produksi yang semakin meningkat memaksa kita untuk berinovasi agar penghasilan dalam bercocok tanam mampu memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari terus bertambah. Banyak cara yang dilakukan oleh teman-teman petani untuk meningkatkan pendapatan dari bercocok tanam. Ide dalam pengembangan sistem pertanian bisa datang darimana saja, bisa dari pengalaman pribadi atau pengembangan ide dari teman-teman petani lainnya. Upaya untuk meningkatkan penghasilan dari bercocok tanam bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menanam jenis tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Atau dengan menggunakan benih unggul yang berkualitas, perbaikan teknik dan sistem bercocok tanam serta pemanfaatan bahan-bahan organik untuk penghematan biaya produksi. Intinya, untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dari lahan yang tetap (tidak bertambah) dibutuhkan inovasi yang tepat. Untuk memaksimalkan penggunaan lahan dan meningkatkan pendapatan beberapa teman menerapkan budidaya dengan teknik campuran atau tumpang sari. Teknik menanam dengan pola tumpang sari sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pertanian di Indonesia, sejak jaman dahulu kakek-nenek kita sudah menerapkan pola ini. Tapi seiring dengan perkembangan jaman pola tanam tumpang sari mulai ditinggalkan, tapi sekarang ini mengingat ketersediaan lahan pertanian yang semakin hari terus menyempit pola tanam campuran ini kembali digemari.
Salah satu contoh budidaya campuran atau tumpang sari ini adalah budidaya jagung dan cabai rawit. Jagung adalah salah satu jenis tanaman bahan makanan pokok sumber karbohidrat pengganti nasi. Jagung memiliki nilai ekonomis yang bagus, terlebih lagi jagung manis yang dipanen muda memiliki nilai jual yang menggiurkan. Ditempat saya, harga eceran jagung manis mentah bisa mencapai Rp. 6.000 hingga Rp. 8000/kg. Sedangkan ditingkat petani harga jagung manis muda berkisar antara Rp. 4000 hingga Rp. 6000/kg. Sementara cabai rawit adalah tanaman yang tidak bisa diragukan lagi nilai ekonomisnya, meskipun kadang-kadang harganya anjlok. Jagung dan cabai rawit bisa ditumpang sari dan tetap bisa tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Teknik tumpang sari jagung dan cabai rawit dilakukan dengan pola tertentu dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu satu sama lain. Berikut ini tips dan cara budidaya tumpang sari agung dan cabai rawit.
Cara Budidaya Tumpang sari Jagung dan Cabai Rawit
Sebenarnya sistem bercocok tanam campuran jagung dan cabai rawit ini lebih cocok disebut sebagai tumpang sela sebab penanamannya dilakukan dengan rentang waktu tertentu dan tidak secara bersamaan. Akan tetapi pola tanam tumpang sela sendiri lebih dikenal sebagai pola tanam campuran antara tanaman perkebunan (tahunan) dengan tanaman palawija (semusim). Yah,, tidaklah perlu mempermasalahkan tentang istilah sebab tujuannya tetap sama yaitu untuk meningkatkan hasil dan pendapatan. Berikut ini langkah-langkah dan cara budidaya tumpangsari jagung dan cabai rawit ;
1. Persiapan Lahan Budidaya Tumpang sari Jagung dan Cabai
Mempersiapkan lahan untuk budidaya tumpang sari jagung dan cabai rawit tidak berbeda dengan persiapan lahan budidaya tanaman tunggal. Yaitu diawali dengan pengolahan lahan, prosesnya adalah pembersihan lahan, penggemburan / pembajakan, serta pembuatan bedengan. Langkah awalnya adalah pembersihan lahan dari gulma atau sisa-sisa tanaman sebelumnya. Kemudian lahan dibajak/dicangkul supaya gembur. Selanjutnya adalah pembuatan bedengan, bedengan dibuat dengan lebar 80m – 90 cm, tinggi bedengan kira-kira saja asalkan tidak tergenang air, panjang bedengan disesuaikan dengan lahan. Bedengan sebaiknya dibuat tidak terlalu tinggi agar mudah melakukan pendangiran. Kemudian cek pH tanah, jika pH kurang dari atau dibawah 5,5 taburkan kapur pertanian (dolomit) sesuai kebutuan. Biarkan selama beberapa hari agar tersiram air hujan.
2. Pemberian Pupuk Dasar Tumpang sari Jagung dan Cabe Rawit
Pupuk dasar diberikan dengan tujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk dasar hukumnya wajib diberikan pada tanah yang kurang subur. Pupuk dasar yang digunakan berupa pupuk kandang atau kompos, bisa juga ditambah dengan pupuk TSP, ZA dan KCL dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Pupuk ditaburkan merata diatas bedengan kemudian diaduk hingga tercampur rata dengan tanah. Dosis pupuk kandang dan pupuk kimia disesuaikan dengan kebutuhan. Biarkan selama kurang lebih 7 hari sebelum penanaman.
3. Cara Penanaman Jagung
Jagung ditanam dengan jarak antar tanaman 30 cm dan jarak antar baris dalam bedengan 50 cm. Tanam satu benih jagung dalam satu lubang tanam. Sebelum ditanam benih jagung bisa juga dicampur dengan fungisida dan insektisida, tujuannya untuk mencegah penyakit jamur dan gangguan hama. Jagung manis bisa dipanen pada usia 60 – 65 hari setelah tanam tergantung varietas dan lokasi penanaman. Didataran rendah jagung manis lebih cepat panen daripada didataran tinggi. Sedangkan jagung kering bisa dipanen ketika berusia 85 – 95 hari setelah tanam.
4. Waktu Penyemaian Benih Cabai Rawit
Benih cabai rawit disemai 10 hari sebelum penanaman jagung atau bersamaan dengan penanaman jagung. Benih cabai sebaiknya disemai menggunakan polybag atau try semai agar tidak stres saat pindah tanam. Benih cabai bisa diperoleh dengan membelinya di toko pertanian atau dengan membuat benih sendiri. Jika membuat benih sendiri gunakan benih dari tanaman yang sudah terbukti kualitasnya. Pilih cabai yang sudah merah dari pohon yang sehat dan tidak terinfeksi penyakit. Bibit cabai rawit bisa dipindah tanam pada umur 30 hari setelah semai.
5. Penanaman Bibit Cabai Rawit
Bibit cabai bisa dipindah tanam kelahan ketika tanaman jagung sudah berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pada saat itu bibit cabai rawit sudah berusia 1 bulan. Bibit cabai rawit ditanam diantara tanaman jagung dengan mengikuti barisan tanaman jagung diatas bedengan. Bibit cabai ditanam dengan jarak 60 x 60 cm atau 70 x 60 cm. Ketika jagung manis sudah siap dipanen tanaman cabai sudah berumur 35 – 40 hari setelah tanam. Pada saat itu tanaman cabai rawit sudah mulai berbuah dan jagung sudah siap dipanen sehingga kedua tanaman tidak saling mengganggu. Jika jagung dipanen kering usia panen lebih lama, tetapi tanaman cabai tidak akan terganggu sebab daun-daun jagung sudah mulai mengering dan dipangkas untuk mempercepat pengeringan tongkol.
6. Pemeliharaan dan Perawatan Tumpang sari Jagung dan Cabai
Pemeliharaan dan perawatan tanaman polykultur maupun monokultur tidak jauh berbeda, yaitu meliputi kegiatan penyiangan, pemupukan, pendangiran dan penyiraman. Penyiangan dilakukan segera jika terlihat rumput liar atau gulma mulai tumbuh. Penyiangan hendaknya dilakukan secara manual dan hindari penggunaan herbisida. Herbisida bisa mengganggu pertumbuhan tanaman dan merusak tanah jika dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Pemupukan yang dimaksud adalah pemupukan susulan, pupuk susulan diberikan setelah penyiangan dan setelah itu segera dilakukan pendangiran. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Jika tidak turun hujan penyiraman juga harus dilakukan agar tanaman jagung dan cabai rawit bisa tumbuh dengan maksimal.
7. Keuntungan Budidaya Tumpang sari Jagung dan Cabai Rawit
Budidaya tumpang sari jagung dan cabai rawit memiliki beberapa keuntungan, kedua tanaman bisa tumbuh secara maksimal dan tidak saling mengganggu. Pola tanam tumpang sari seperti ini bisa diaplikasikan jika lahan yang kita miliki tidak terlalu luas tapi kita menginginkan hasil yang lebih. Meningkatkan hasil dengan cara memperluas lahan saat ini sangat sulit dilakukan mengingat lahan pertanian yang semakin menciut. Penerapan sistem pola tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan meningkatkan penghasilan tanpa memperluas lahan. Beberapa keuntungan budidaya tumpang sari jagung dan cabai rawit antara lain sebagai berikut ;
a). Menghemat waktu dan tenaga pengolahan lahan hingga 50%, sebab pengolahan lahan hanya dilakukan sekali untuk budidaya dua jenis tanaman dengan luasan yang sama.
b). Menghemat pupuk dasar hingga 50%, pupuk dasar hanya diberikan sekali untuk dua jenis tanaman yang berbeda dengan luasan yang sama.
c). Menghemat waktu dan tenaga pemeliharaan dan perawatan dua jenis tanaman, sebab pemeliharaan dilakukan sekaligus dan secara bersamaan.
d). Menghemat air untuk penyiraman hingga 50%, penyiraman hanya dilakukan sekali untuk dua jenis tanaman.
e). Meningkatkan penghasilan dengan mengoptimalkan penggunaan lahan.
f). Panen secara terus menerus dengan jeda waktu yang tidak lama. Ketika jagung dipanen tanaman cabai rawit sudah mulai berbuah dan tidak lama lagi sudah bisa dipanen.
g). Meminimalisir serangan hama kutu kebul pada tanaman cabai, hama kutu kebul lebih menyukai tanaman jagung.
Demikian tentang “Cara Menanam Tumpang sari Jagung Dan Cabai Rawit” semoga bermanfaat….
Salam mitalom !!!