Pengendalian Penyakit LAYU FUSARIUM (Moler/Inul) pada Tanaman Bawang Merah

A.    Penyakit Moler (Layu Fusarium) pada Bawang Merah

Gejala serangan PENYAKIT MOLER (Layu Fusarium) pada Bawang Merah (Foto : Ahmad Riyadi)

Hama & Penyakit – Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditi penting di Indonesia, dan merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tidak jarang petani bawang merah menghadapi berbagai macam kendala dan rintangan dalam kegiatan usaha budidaya tanaman umbi ini. Masalah utama dalam usaha budidaya bawang merah adalah gangguan serangan hama maupun penyakit yang sangat merugikan. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tidak sedikit, bahkan bisa mengakibatkan gagal panen. Kondisi ini sangat dikeluhkan oleh petani bawang merah, terlebih lagi ketika budidaya dilakukan pada musim hujan, resiko serangan OPT semakin tinggi.

B.    Apa itu Penyakit Moler?

Penyakit MOLER yang dikenal juga dengan sebutan penyakit INUL adalah penyakit utama pada tanaman bawang merah yang sangat berbahaya. Penyakit moler disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Pada tanaman lain penyakit ini dikenal dengan penyakit LAYU FUSARIUM. Pada tahun 1997 penyakit moler bukan merupakan penyakit utama bawang merah dan tidak dianggap berbahaya. Namun penyebaran penyakit ini terus meluas, dari tahun 2003 hingga 2007 dilaporkan serangan penyakit moler meningkat hingga 8 kali lipat. Data Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura mencatat pada 2003 luas serangan fusarium hanya 48,2 hektar. Pada 2007 meluas hingga 404,9 hektar. Dan kini penyakit moler adalah penyakit utama yang sangat berbahaya pada tanaman bawang merah.

Peningkatan intensitas serangan penyakit moler diduga disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini. Perubahan iklim mempengaruhi perkembangan cendawan patogen secara fisiologis dan molekuler. Pengaruh itu bisa berdampak pada meningkatnya keganasan patogen (Karen A Garrett, peneliti di Department of Plant Pathology, Kansas State University, Amerika Serikat). Selain itu meningkatnya serangan moler juga disebabkan oleh kebiasaan petani yang secara terus menerus menanam bawang merah tanpa pergiliran tanaman. Penggunaan bibit yang tidak selektif, menggunakan bibit terinfeksi serta kandungan organik tanah yang rendah juga memicu meningkatnya serangan moler.

C.    Gejala Serangan Penyakit Moler pada Bawang Merah

Serangan fusarium mengganas saat musim hujan, dimana curah hujan yang tinggi dan pada kondisi lingkungan yang lembab perkembangan jamur fusarium sangat cepat. Penyakit moler biasanya menyerang tanaman bawang merah saat umur tanaman 35 – 45 hari setelah tanam. Jika bibit yang digunakan adalah bibit yang terifeksi, gejala lebih cepat terlihat yaitu pada umur 5 – 10 hari setelah tanam. Gejala serangan fusarium pada tanaman bawang merah antara lain ;

1).    Tanaman layu secara mendadak,
2).    Warna daun berubah menguning dan melengkung (moler),
3).    Akar tanaman membusuk dan tanaman mudah tercabut,
4).    Daun mengkerut dan melintir,
5).    Daun tanaman terkulai,
6).    Umbi membusuk, terdapat koloni jamur berwarna putih dan akhirnya tanaman mati.

D.    10 Cara Pengendalian Penyakit MOLER pada Bawang Merah

Jamur Fusarium Oxsporum adalah patogen yang sulit dikendalikan, apalagi jika tanaman sudah terlanjut terinfeksi kecil kemungkinan untuk bisa diselamatkan. Pengendalian dan pencegahan harus dilakukan sejak awal, yaitu sejak pengolahan lahan dan pemilihan bibit. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit MOLER pada bawang merah ;

1.    Pengendalian Penyakit Moler Secara Teknis dan Hayati

1).    Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang. Cara ini dilakukan untuk memutus siklus hidup Fusarium yang ada di dalam tanah,
2).    Pengolahan lahan yang baik, antara lain dengan pemncangkulan dan penjemuran lahan, serta membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya,
3).    Pengapuran untuk meningkatkan pH tanah. pH tanah yang rendah adalah kondisi terbaik dan disukai jamur patogen.
4).    Drainase yang baik untuk mencegah genangan air hujan diarea pertanaman,
5).    Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan gulma dan rumput liar agar area pertanaman tidak terlalu lembab,
6).    Selektif dalam memilih benih dengan menggunakan benih/bibit yang sehat dan bebas dari fusarium,
7).    Menggunakan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) plus agens hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp..
8).    Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman lainnya.

2.    Pengendalian Penyakit Moler Secara Kimiawi (Menggunakan Fungisida Kimia)

Hingga saat ini memang belum ada fungisida kimia yang benar-benar ampuh mengendalikan jamur Fusarium penyebab penyakit moler. Namun cara-cara berikut ini tidak ada salahnya untuk dicoba. Berikut ini upaya untuk mengendalikan penyakit moler dengan perlakuan fungisida kimia ;

1).    5 – 7 hari sebelum tanam lahan disemprot menggunakan fungisida (bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol),
2).    Penyemprotan fungisida dengan interval 5 – 7 hari sekali, dimulai sejak tanaman umur 10 – 15 hari setelah tanam.

Aplikasi agens hayati (Trichoderma sp, Glicladium sp, PGPR, Pseudomonas fluorescens dll) sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan fungisida sintetis kimia. Dikhawatirkan fungisida sintetis dapat mengganggu perkembangan agens hayati, sehingga agens hayati tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Aplikasi bisa dilakukan bergantian dengan selang waktu beberapa hari.

Demikian tentang “10 Cara Mengendalikan Penyakit Moler pada Tanaman Bawang Merah“. Semoga bermanfaat….

Salam mitalom !!!