Peluang Bisnis Budidaya PAPRIKA di Indonesia

Peluang Bisnis PAPRIKA

Paprika Merah (Foto : dehner.de)

ArtikelPaprika adalah tumbuhan perdu penghasil buah dengan nama yang sama, tanaman ini berasal dari daratan Amerika Selatan. Sekarang ini paprika sudah tersebar luas keberbagai penjuru dunia dan banyak dibudidayakan dihampir semua wilayah tropis maupun subtropis. Buah paprika sering digunakan sebagai bahan tambahan masakan, misalnya digunakan sebagai campuran salad. Paprika (Capsicum annum L.) termasuk dalam keluarga terung-terungan (solanaceae) dari genus Capsicum, buahnya berasa manis dan sedikit pedas. Tanaman paprika memiliki ciri-ciri mirip dengan tanaman cabai pada umumnya, namun ukuran daun paprika lebih lebar dan bulat, buahnya berbentuk bulat berlekuk bijinya mirip sekali dengan biji cabai. Paprika terdiri dari beberapa varietas yang dicirikan dengan warna buah, yaitu paprika merah, paprika kuning dan paprika ungu. Buah paprika disebutkan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena mengandung banyak antioksidan dan vitamin C (150 – 250 mg/100 g). Kandungan karoten (seperti lycopene) pada paprika merah adalah sembilan kali lebih banyak. Paprika merah juga memiliki kandungan vitamin C dua kali lipat dari paprika hijau.

Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas, karena paprika merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan) berupa menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan, dan juga di pasar tradisional di daerah perkotaan. Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Walaupun jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat.

Pada saat ini, tanaman paprika (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang
dibudidayakan di Indonesia. Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan kemudian menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika dibudidayakan di lahan terbuka. Walaupun termasuk tanaman tahunan, paprika dibudidayakan sebagai tanaman setahun di daerah beriklim temperata, tetapi di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan memberikan hasil selama lebih dari beberapa tahun.

Dalam klasifikasi tumbuhan, paprika dimasukkan ke dalam famili Solanaceae. Daunnya berukuran lebar dan berwarna hijau tua. Bentuk buahnya mirip lonceng, sehingga dinamakan bell pepper. Aroma buahnya pedas menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet pepper. Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 24-30 C pada siang hari dan 9-12 C pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman ini masih dapat bertahan pada suhu 38 C. Di Indonesia, tanaman paprika cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16-25 C.

Buah paprika mengandung sedikit protein, lemak dan gula tetapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (sampai 340 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprika jauh lebih tinggi dari pada buah jeruk. Paprika umumnya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan juga sebagai zat pewarna makanan.

A. Sentra Budidaya Paprika di Indonesia

Paprika Kuning (Foto : noordam.nl)

Sampai saat ini belum ada data resmi tentang luasan dan lokasi sentra budidaya paprika di Indonesia. Namun berdasarkan data yang bersumber dari Asosiasi Petani Paprika (ASPERIKA), budidaya paprika sudah banyak dibudidayakan secara besar-besaran dibeberapa wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah sentra produksi paprika di Indonesia antara lain ; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Berikut ini daftar wilayah dan luasan lahan budidaya paprika di Indonesia ;

1. Jawa Barat

a). Kabupaten Bandung Barat, sekitar Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Parongpong (24 Hektar)
b). Kabupaten Cianjur, sekitar perkebunan Gedeh dan Cipanas (2,5 Hektar)
c). Kabupaten Bogor, sekitar Megamendung (1 Hektar)
d). Kabupaten Garut, sekitar daerah Cikajang ( 1 Hektar)

2. Jawa Tengah : Wonosobo (1 Hektar)
3. Jawa Timur : Kota Batu, Malang (1 Hektar), Kabupaten Pasurusn sekitar Kecamatan Tutur
4. Bali : sekitar Bedugul (1 Hektar)
5. Nusa Tenggara Barat : daerah Sembalun, kaki Gunung Rinjani (14 Hektar)
6. Sulawesi Selatan : Kabupaten Bantaeng, Loka, sekitar perkebunan strowberi.

B. Peluang Bisnis Budidaya Paprika di Indonesia

Usaha tani paprika memiliki peluang bisnis yang baik karena penggunaan paprika cukup luas sehingga pangsa pasarnya cukup banyak. Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, paprika juga digunakan untuk industri makanan dan minuman, industri farmasi (obat-obatan), industri kosmetik, dan industri makanan ternak. Dengan semakin banyaknya wisatawan asing dan ekspatriat yang tinggal di Indonesia dan semakin populernya makanan barat di kota-kota besar di Indonesia sepeti pizza dan salad,terutama anak-anak muda yang sangat menyukai masakan Eropa sehingga permintaan akan paprika semakin meningkat. Hotel, restoran, catering, dan pasar swalayan pada gilirannya sangat membutuhkan paprika.Dilihat dari aspek sumberdaya alam,tersedianya dataran tinggi dan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan paprika merupakan peluang mengembangkan usaha paprika. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri pengolahan berbahan baku paprika, penggunaan oleoresin yang cukup luas dalam berbagai keperluan industri pangan dan farmasi, penggunaan ekstrak bubuk paprika dalam pemeliharaan ternak menyebabkan permintaan paprika meningkat

Dilihat dari aspek sumber daya alam, tersedianya dataran tinggi dan lahan yang sesuai untuk tanaman paprika merupakan prospek dalam pengembangan tanaman paprika.Peluang pemasaran paprika tidak hanya terbatas di dalam negeri tetapi juga luar negeri, yaitu Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Swedia, Perancis, Swiss, Spanyol, Italia, Kanada, Belgia, Jepang, Singapura, Malaysia, Singapura. Di dalam negeri sendiri harga paprika tahun 2016 ini cukup menjanjikan, dikutip dari pasuruankab.go.id, pada bulan Januari lalu ditingkat petani harga paprika hijau mencapai Rp. 22.500 perkilogram, paprika kuning Rp. 42.000 perkilogram dan paprika merah Rp. 40.000 perkilogram. Sedangkan harga eceran ditingkat konsumen harga perkilo paprika bisa mencapai 70% lebih mahal dari harga tersebut.

Dikutip dari bandung.bisnis.com, pada tahun 2013 yang lalu, permintaan buah paprika mencapai 40 ton per minggu. Eksportir sayuran dan buah-buahan di Jabar menilai tingginya peluang ekspor paprika saat ini sangat menjanjikan. Jhonny Hasan, Ketua Asosiasi Eksportir Sayur Buah-buahan Indonesia (AESBI) Jabar Peluang ekspor paprika terasa ketika perekonomian Indonesia semakin tertekan dengan melemahnya rupiah dan berimbas kepada eksportir yang dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi. Dia mengungkapkan paprika adalah satu komoditas yang memiliki harga mahal dan banyak dicari oleh negara tetangga antara lain Malaysia dan Singapura.”Permintaannya masih sangat tinggi, salah satunya Singapura yang hingga saat ini setiap minggunya membutuhkan 30-40 ton paprika,” katanya.Sayangnya, dia mengatakan produksi dari para petani paprika di Jabar masih sangat kecil bahkan setengahnya pun masih belum dapat terpenuhi.Dia mengatakan berbagai kendala yang membatasi produksi paprika ini adalah ketatnya peraturan akan kualitas dari komoditas tersebut, terutama Singapura yang memiliki regulasi sendiri terhadap kualitas paprika.

C. Pemasaran Hasil Panen Budidaya Paprika

Paprika Ungu (Foto : aliexpres.com)

Pemasaran buah paprika tidak terlalu sulit karena memiliki pasar yang sangat luas baik di dalam negeri maupun untuk pasar ekspor. Pemasaran dalam negeri tidak seperti pemasaran cabai lainnya, karena belum memasyarakatnya buah paprika dan masih sedikit jenis masakan khas Indonesia yang menggunakan buah paprika serta paprika masih tergolong mahal dibanding dengan cabai besar biasa. Paprika dapat dipasarkan dalam bentuk buah segar, buah kering maupun dalam bentuk olahan, tergantung pada permintaan pasar.

Pemasaran dalam bentuk buah segar, harga jualnya dibedakan atas bentuk, warna dan ukuran buah. Dari segi warna, paprika dibedakan yaitu merah, hijau, kuning dan orange.Paprika orange, kuning dan merah harga jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan paprika warna hijau. Selain warna, harga jual paprika ditentukan pula oleh ukuran buahnya.

Buah paprika dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :

(a). kecil, diameter buah 6,5 – 8,0 cm, bobot buah 120 – 160 gr;
(b). sedang, diameter buah 7,5 – 9.5 cm, bobot buah 160 – 200 gr,
(c). besar, diameter buah 9 – 11 cm, bobot buah 200 – 250 gr.
(d). sangat besar, diameter > 11 cm,bobot buah > 250 gr.

Kegiatan pemasaran paprika dari petani produsen sampai ke konsumen melibatkan cukup banyak mata rantai
pemasarannya. Panjang atau pendeknya mata rantai pemasaran akan berpengaruh terhadap harga jual di tingkat petani dan harga jual di pasaran (harga yang dibayar konsumen). Semakin pendek mata rantai pemasaran, berarti harga jual di tingkat petani produsen semakin tinggi. Rantai pemasaran yang pendek, pedagang perantara memperoleh keuntungan yang wajar dan konsumen mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.

Pemasaran buah paprika segar selama ini, umumnya petani produsen menjual langsung ke swalayan, hotel, restoran. Cara memasarkan langsung seperti ini biasanya sangat menguntungkan karena petani produsen akan mendapatkan harga yang tinggi.Petani produsen menjualnya kepada pedagang/tengkulak sewaktu pedagang/tengkulak itu datang ke kebun dan membeli langsung paprika tersebut.Kelebihannya, paprika belum disortir petani produsen dan pasti dibeli semua oleh pedagang/tengkulak sedangkan kekurangannya adalah biasanya harga ditentukan oleh pedagang/tengkulak sehingga jika petani produsen tidak pandai menjualnya tentu tidak akan mendapat keuntungan yang memadai.

Harga paprika sangat tergantung pada musim panen, jika musim panen raya pada umumnya harga paprika di pasaran turun. Pada saat panen raya, harga paparika di tingkat petani produsen dapat berfluktuasi setiap hari bahkan setiap jam.Selain itu, pada saat bulan ramadhan harga paprika juga menurun karena permintaan akan paprika dalam negeri juga menurun.Harga paprika cenderung ditentukan di tingkat pedagang besar (grosir). Melalui jaringannya, pedagang besar telah memiliki kemudahan untuk memperoleh harga di pasaran atau harga konsumen.

Satu hal yang perlu dicatat, bahwa agar hasil panen paprika yang dibudidayakan memiliki nilai jual, terutama untuk tujuan ekspor, paprika harus dibudidayakan secara organik. Komoditas paparika yang berkualitas tidak mengandung residu obat-obatan dan pupuk kimia dengan kadar tertentu. Komoditas paprika yang dibudidayakan secara non-organik sudah dapat dipastikan tidak akan diterima di pasar internasional. Oleh karena itu, petani paprika harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam bidang pertanian oeganik.

(Sumber : ASPERIKA, pasuruankab.go.id, wikipedia, cybex.pertanian.go.id, bandung.bisnis.com, bi.go.id)

Salam mitalom !!!