Cabai dan Bawang AMFIBI, Varietas Unggul Produksi Tinggi Yang Tahan di Musim Hujan dan Kemarau
Varietas Cabai dan Bawang Merah Unggul
Kabar Berita – Apa itu varietas Cabai Ampibi dan Bawang Ampibi? Varietas ampibi adalah julukan bagi benih cabai dan bawang merah unggul yang tahan terhadap curah hujan tinggi. Varietas cabai dan bawang merah ampibi memiliki adaptasi yang tinggi dan bisa tumbuh dengan optimal pada musim hujan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dua jenis komiditi hortikultura tersebut sangat rentan jika dibudidayakan pada musim hujan. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan produksi cabai dan bawang merah secara signifikan sehingga fluktuasi harga tidak dapat dihindari. Menjawab persoalan tersebut, pemerintah telah melepas varietas cabai dan varietas bawang merah unggul yang memiliki karakter ampibi. Varietas cabai dan bawang merah ampibi tersebut dapat tumbuh optimal dimusim kemarau maupun dimusim hujan.
Cabai dan bawang merah menjadi dua dari tujuh komoditi yang masuk dalam penanganan khusus pemerintah untuk bisa mencapai swasembada. Apalagi dua komoditi hortikultura tersebut juga mudah bergejolak saat pasokan berkurang hingga menjadi pemicu inflasi. Siapa yang tidak tergiur dengan tingginya harga cabai dan manisnya harga bawang merah yang kerap terjadi belakangan ini. Kenaikan harga cabai dan bawang merah merupakan akumulasi berbagai faktor yang terjadi selama proses produksi.
Namun musim hujan adalah momok paling menakutkan bagi petani cabai dan bawang merah. Intensitas serangan berbagai jenis penyakit seperti virus dan jamur pada musim hujan meningkat tajam, hal ini bisa menggagalkan bisnis kedua jenis komoditi tersebut.
Menurut M. Syakir, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian yang dikutip dari tabloidsinartani.com menyebutkan fluktuasi harga cabai dan bawang merah terjadi karena dua hal, yaitu sebagai berikut :
1. Pertama, karakter biologis bawang merah dan cabai merah yang mudah rusak (perishable).
2. Kedua, karakter ekologi di Indonesia yang dua musim (musin hujan dan musim kemarau). Saat musim hujan menjadi kendala produksi sayuran, termasuk kedua komoditas tersebut.
Untuk mengatasi persoalan pasokan saat berkurangnya tanam pada musim hujan, sehingga tidak terjadi fluktuasi harga, Syakir mengatakan, perlu melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan teknis yakni penanganan on farm untuk mencukupi produksi. Kedua, non teknis untuk penataan aktifitas panen, distribusi produksi, pemasaran dan kebijakan.
Pendekatan teknis melalui penyediaan varietas unggul dan teknologi budidaya yang sesuai untuk situasi off season. “Kita sudah melepas varietas yang bisa tumbuh optimal pada musim hujan atau dikenal dengan varietas berkarakter ampibi. Jadi bisa tumbuh baik di musim kemarau dan hujan. Bahkan beberapa varietas memiliki karekter bisa memproduksi baik saat musim hujan,” tutur Syakir.
Beberapa varietas unggul bawang merah dan cabai yang tersedia antara lain sebagai berikut ;
1. Varietas Bawang Merah Sembrani yang adaptif terhadap musim hujan, umbi besar, adaptif di lahan kering atau tadah hujan, dan potensi hasil mencapai 24,4 ton/ha.
2. Varietas Bawang Merah Maja yang adaptif di dataran tinggi dan Trisula yang umbinya berwarna merah keunguan mencolok dan adaptif terhadap musim hujan.
3. Varietas Cabai Kencana dengan potensi produksi mencapai 22,9 ton/ha, adaptif di dataran medium, dataran tinggi dan musim kemarau basah.
4. Varietas Cabai Ciko dengan potensi produksi mencapai 20,5 ton/ha dan adaptif di dataran medium.
5. Varietas Cabai Rawit Prima Agrihorti dengan potensi produksi mencapai 20,25 ton/ha, pedas dan adaptif di dataran tinggi.
6. Varietas Cabai Rawit Rabani Agrihorti dengan potensi produksi mencapai 13,14 ton/ha dan adaptif di dataran tinggi.
Syakir mengatakan, pendekatan lain yang harus dilakukan untuk bisa mencapai swasembada bawang merah dan cabai yaitu penyediaan benih berkualitas dalam jumlah yang diperlukan. Untuk itu sudah tersedia teknologi benih TSS (true shallot seed) bawang merah dan teknologi benih bebas penyakit pada tanaman cabai.
“Kami juga menyediakan penyediaan teknologi budidaya off season, penanganan panen yang tepat sehingga mengurangi kehilangan hasil dan menjaga kualitas produksi,” katanya.
Badan Litbang Pertanian juga menyiapkan cara penanganan pasca panen ketika produksi berlimpah untuk mendukung pasokan saat off season. Caranya dengan memakai instore drying yang dapat memperpanjang masa simpan bawang merah hingga 6 bulan.
Sedangkan pendekatan non teknis, kata Syakir, yakni menata distribusi sentra produksi, distribusi hasil antar wilayah, pembenahan supply chain, serta menerbitkan regulasi untuk menjamin kecukupan dan distribusi produksi secara permanen.Karena Indonesia memiliki ragam ekosistem, Balitbangtan juga mengeluarkan peta penyebaran di luar sentra produksi yang ada.
Bahkan sudah direkomendasikan Sulawesi dan Sumatera Selatan dan Sumatera Barat sebagai sentra produksi bawang merah dan cabai. “Kita harapkan propinsi-propinsi tersebut bisa berkontribusi sepanjang tahun sehingga bisa menekan kekurangan pasokan pada saat-saat tertentu,” kata Syakir.
Cara Mendapatkan Benih CABAI AMFIBI dan BAWANG AMPIBI
Bagaimana Cara Memperoleh Benih CABAI AMFIBI dan BAWANG AMPIBI?
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan, Muhammad Syakir mengungkapkan, distribusi benih-benih varietas unggul ini masih sangat terbatas hanya pada kelompok tani tertentu, sehingga penyebarannya belum marak.
“Kita bagikan gratis ke petani yang kita bina. Tapi tidak semua, yang lain dijual tapi bukan dikomersilkan. Kita pro aktif untuk dorong pertumbuhan baru, termasuk untuk sentra-sentra baru. Kita sebarkan benih buat ditangkarkan, bukan buat disebar langsung,” kata Syakir saat konferensi pers di kantornya, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (22/3/2016).
Sementara untuk petani di luar kelompok tani binaan, benih varietas unggul ini bisa diperoleh di Balitbang Propinsi dan Taman Tekhnologi Pertanian (TTP) yang ada di daerah-daerah.
“Kita beberapa kasih gratis kalau itu masuk program pemberdayaan. Kita juga jual benih jika memang ada yang minat. Tapi benih yang kita bagikan buat petani penangkar, bukan buat disebar langsung,” ujar Syakir.
Dia mencontohkan untuk varietas bawang hasil inovasi lembaganya yakni jenis Sembrani yang produktivitasnya mencapai 24,4 ton dalam satu hektar. Varietas lain yang sudah terbukti tahan hujan dan musim kemarau serta produktifitasnya mencapai di atas 20 juta ton yakni varietas Maja dan Trisula.
Sementara untuk cabai, sambung Syakir, yakni varietas Kencana dengan produksi mencapai 22,9 juta ton per hektar, Ciko 20,5 ton per hektar, Rawit Prima 20,25 ton per hektar, dan Rabani dengan produktifitas 13,4 ton dalam satu hektar.
“Kita sudah lengkapi masalah produksi ini dengan potensi genetik varietas amfibi. Musim hujan kan katanya produksi turun, ini varietas yang bisa tahan dari musim hujan di Januari sampai Maret,” jelas Syakir.
Dengan dilepasnya beberapa varietas cabai dan bawang merah yang berkarakter ampibi tersebut diharapkan petani tetap mampu memproduksi cabai dan bawang meskipun dimusim hujan. Sehingga produksi cabai dan bawang nasional tetap stabil dan pasokan tetap terpenuhi sehingga fluktuasi harga dua jenis komoditi tersebut dapat dihindari.
Salam mitalom !!!