Teknik Vertikultur, Bercocok Tanam Untuk Mengoptimalkan Lahan Sempit

Berkebun Vertikultur

Artikel – Berkebun dan bercocok tanam pada umumnya dilakukan dihamparan lahan diatas tanah, baik dilakukan diatas tanah langsung maupun menggunakan pot / polybag yang disusun secara horizontal. Bercocok tanam seperti ini merupakan teknik yang lazim dilakukan untuk budidaya tanaman komersial maupun sekedar menyalurkan hobi. Teknik bercocok tanam yang disebut konvensional ini adalah cara yang paling mudah dalam berbudidaya tanaman, namun membutuhkan lahan yang cukup. Meskipun hanya dilakukan hanya untuk menyalurkan hobi, untuk bercocok tanam secara konvensional anda harus memiliki lahan yang cukup luas. Dan ini akan menjadi masalah bagi anda yang hobi berkebun namun pekarangan rumah anda pas-pasan, bagaimana solusinya? Tinggalkan cara bercocok tanam konvensional dan terapkan teknik bercocok tanam secara vertikultur. Teknik vertikultur bisa anda lakuakan meskipun anda sama sekali tidak memiliki lahan untuk berkebun.

Apa yang dimaksud dengan teknik vertikultur?

Pengertian vertikultur secara umum bisa diartikan sebagai teknik bercocok tanam secara vertikal dengan menyusun tanaman secara bertingkat dari bawah keatas. Teknik vertikultur adalah teknik bercocok tanam yang dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan lahan terbatas/sempit agar lebih optimal. Dengan teknik vertikultur anda bisa menanam 20 sampai 30 tanaman (bahkan lebih) pada lahan yang hanya berukuran 50 x 50 cm saja. Bisa anda bayangkan berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung tanaman tersebut jika dilakukan secara konvensional. Teknik vertikultur bisa dilakukan menggunakan berbagai macam wadah (tempat media tanam) seperti pipa paralon, botol bekas, pot, polybag atau wadah lainnya tergantung kreatifitas anda masing-masing.

Gambar 1 : vertikultur pipa paralon (foto : Trubus)

Teknik berkebun vertikultur

Sekilas bercocok tanam secara vertikultur memang terlihat sulit dan rumit, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Pada dasarnya teknik bercocok tanam vertikultur tidak jauh berbeda dengan bercocok tanam konvensional, hanya cara meletakkan/menyusun tanamannya saja yang berbeda. Tingkat kesulitan dalam bercocok tanam secara vertikultur tergantung pada teknik, sistem dan model yang kita gunakan. Secara garis besar berdasarkan media tanam yang digunakan, saya membedakan teknik vertikultur menjadi 2 jenis yaitu ; vertikultur konvensional dan vertikultur hidroponik.

a). Teknik vertikultur konvensional

Gambar 2 : vertikultur jerigen bekas (Foto : Reza Saputra)

Teknik vertikultur konvensional adalah teknik vertikultur dengan memanfaatkan tanah sebagai media tanamnya. Sama dengan ketika anda menanam menggunakan pot atau polybag seperti pada umumnya, hanya saja pada teknik vertikultur jenis ini media tanam dan tanamannya disusun secara vertikal. Mengenai sistem dan model, seperti cara penyusunan tanaman, sistem penyiraman tanaman dan pemupukan bisa anda modifikasi sendiri dengan kreasi anda masing-masing.

b). Teknik vertikultur hidroponik

Teknik vertikultur hidroponik adalah gabungan antara teknik vertikultur dan teknik hidroponik. Yang membedakan teknik ini dengan teknik vertikultur konvensional adalah media tanam yang digunakan. Pada vertikultur hidroponik tidak menggunakan media tanam tanah, melainkan media tanam non-tanah yang lazim digunakan pada sistem hidroponik, misalnya cocopeat, arang sekam, rockwoll, perlite atau yang lainnya. Sedangkan sistem hidroponik yang bisa diaplikasikan bermacam-macam, bisa sistem wick/sistem sumbu, sistem dutch bucket, NFT atau sistem fertigasi.

Gambar 3 : vertikultur botol bekas air mineral (foto : Ayahx Nda)

Contoh model berkebun secara vertikultur

Model atau bentuk wadah yang digunakan dalam bercocok tanam secara vertikultur bermacam-macam, tergantung pada wadah yang anda gunakan. Bahan, ukuran, dan bentuk vertikultur juga beragam tergantung kreatifitas anda serta ketersediaan bahan yang ada. Model vertikultur bisa tegak lurus / persegi panjang, segitiga/piramid, rak bertingkat atau menempel pada tembok rumah. Berikut ini beberapa contoh model vertikultur :

a). Misalnya menggunakan pipa paralon atau pipa PVC berdiameter minimal 4 inchi yang dibuat sedemikian rupa hingga penampilannya menarik dan sangat eksotis.(gambar 1)
b). Menggunakan jerigen bekas yang digantung atau ditempel pada tembok.(gambar 2)
c). Menggunakan botol bekas yang digantung atau disusun sedemikian rupa hingga terlihat menarik.(gambar 3)
d). Menggunakan kantong plastik untuk menanam vertikultur.(gambar 4)
e). Menggunakan pipa paralon untuk menanam vertikultur hidroponik sistem NFT.(gambar 5)
f). Dan lain sebagainya.

Gambar 4 : vertikultur dengan kantong plastik (foto : Ayahx Nda)

Sekali lagi, untuk menciptakan tanaman vertikultur agar terlihat menarik dibutuhkan kreatifitas yang tinggi. Nah, untuk urusan yang satu ini tentu masing-masing dari anda memiliki ide yang tidak kalah menarik dengan gambar-gambar yang ada disini. Untuk membuat vertikultur hendaknya dilakukan dengan cermat agar tercipta tanaman yang indah. Sebab tanaman vertikultur memiliki fungsi ganda, yaitu untuk dikonsumsi dan sebagai tanaman hias untuk mempercantik pekarangan.

Apa saja jenis-jenis tanaman vertikultur? Banyak sekali jenis tanaman yang bisa dibudidayakan secara vertikultur, bisa sayuran daun maupun sayuran buah. Contoh jenis – jenis tanaman yang bisa ditanam dengan teknik vertikultur misalnya kangkung, bayam, sawi/pakcoy, bawang merah, tomat, cabai besar, cabai rawit, cabai hias, selada, kemangi, terung dan lain sebagainya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman dengan teknik vertikultur

Syarat utama dalam membuat vertikultur adalah kuat agar tidak mudah roboh dan mudah dipindahkan. Ukuran wadah atau pot vertikultur disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Untuk jenis tanaman sayuran daun seperti sawi, bayam, kangkung, caisim bisa menggunakan botol bekas air mineral atau pipa paralon berdiameter 3 inci. Sedangkan untuk menanam sayuran buah seperti tomat, terung, cabai besar atau cabai rawit sebaiknya menggunakan wadah yang berukuran lebih besar agar mampu menampung media tanam lebih banyak, jika menggunakan pipa paralon gunakan yang berdiameter minimal 4 inci. Media tanam yang digunakan harus memenuhi syarat, yakni gembur/porous dan memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sebagian besar tanaman memerlukan sinar matahari agar mampu tu,buh secara maksimal, oleh sebab itu lokasi penempatan pot vertikultur harus diperhatikan. Letakkan tanaman vertikultur pada tempat yang tersinari matahari, minimal 6 jam sehari.

Gambar 5 : vertikultur hidroponik (foto : damarhydrofarm.com)

Sejarah singkat vertikultur

Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu “vertical” dan “culture” yang berarti teknik budidaya tanaman secara vertikal. Konon ide menciptakan teknik bercocok tanam secara vertikal (teknik vertikultur) ini berasal dari negara Swiss. Ide bercocok tanam dengan teknik vertikultur muncul sekitar 61 tahun yang lalau, yaitu pada tahun 1945. Pada waktu itu sebuah perusahaan benih di Swiss memiliki gagasan untuk memanfaatkan lahan sempit secara optimal dengan menciptakan “vertical garden” atau kebun vertikal. Kemudian teknik vertikultur berkembang keberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri teknik vertikultur sudah diadopsi sejak lama, namun rata-rata hanya dilakukan oleh para pehobi. Sedangkan untuk diaplikasikan pada budidaya tanaman secara komersial perlu dilakukan kajian yang mendalam.

Plus minus budidaya tanaman vertikultur

Teknik vertikultur diciptakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan sempit untuk berkebun atau bercocok tanam. Bagi anda yang tinggal diperkotaan atau tidak memiliki lahan yang cukup, teknik vertikultur sangat cocok untuk menyalurkan hobi berkebun anda. Berkebun vertikultur memiliki manfaat ganda, selain untuk memenuhi kebutuhan dapur juga berfungsi sebagai tanaman hias. Tanaman vertikultur memiliki nilai seni dan unsur estetika yang tinggi. Perawatan dan pemeliharaan tanaman vertikultur juga mudah, tidak kotor dan bisa dipindah-pindah. Dengan teknik ini anda bisa menanam banyak tanaman meskipun lahan yang tersedia hanya sedikit.

Mengingat di Indonesia masih tersedia lahan pertanian yang sangat luas, teknik vertikultur sepertinya belum cocok diaplikasikan untuk budidaya secara komersial. Penerapan teknik vertikultur untuk tujuan komersial perlu mempertimbangkan aspek ekonomisnya, agar tidak mengalami kerugian akibat biaya produksi yang tinggi dengan hasil panen yang tidak sesuai. Jika hanya untuk menyalurkan hobi berkebun, teknik vertikultur sangat membantu. Namun jika dikembangkan secara besar-besaran untuk tujuan komersial, penerapan teknik vertikultur membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Demikian tulisan saya tentang “teknik vertikultur” semoga bermanfaat….

Salam mitalom !!!