Teknik Pengendalian HAMA dan PENYAKIT KAKAO

Hama dan Penyakit Tanaman Kakao

Hama dan Penyakit pada Kakao

Hama & penyakit – Saat ini, kakao telah menjadi salah satu komoditas andalan ekspor nasional, di samping kelapa sawit dan karet, dengan sumbangan devisa mencapai US$ 1,05 miliar untuk devisa negara dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan (2012). Namun begitu produksi kakao di Indonesia harus ditingkatkan lagi mengingat industri pengolahan biji kakao berkembang sangat pesat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menggenjot produksi biji kakao untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui Gerakan Nasional Kakao (Gernas kakao). Usaha peningkatan produksi biji kakao juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas, mengingat kualitas biji kakao Indonesia masih rendah. Agar memperoleh biji kakao yang berkualitas, budidaya kakao hendaknya dilakukan sesuai dengan standard operation procedures (SOP) dan memenuhi good agricultural pratices (GAP). Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai kendala dan hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit adalah penyebab utama rendahnya produksi biji kakao. Selain itu serangan hama dan penyakit juga berpengaruh besar terhadap kualitas biji kakao yang dihasilkan. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis-jenis  hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao  antara lain: hama penggerek buah kakao, kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora.

A.    Hama Tanaman Kakao

1.    Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)

Ulat kilan (Hyposidea infixaria) termasuk dalam famili Geometridae, ulat ini menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat  daunnya saja.

Pengendalian :

Pengendalian hama ulat kilan pada kakao dapat dilakuka dengan penyemprotan insektisida.

2.    Ulat Jaran / Ulat Kuda (Dasychira inclusa)

Ulat jaran/kuda (Dasychira inclusa) termasuk dalam famili Limanthriidae. Ciri khusus ulat ini yaitu memiliki bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedangkan ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.

Pengendalian :

Dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, atau dengan insektisida kimia.

3.    Ulat Matahari (Parasa lepida dan Ploneta diducta)

Ulat matahari yang dikenal juga dengan sebutan ulat srengege yang sering menyerang tanaman kakao adalah Parasa lepida dan Ploneta diducta. Serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta.

4.    Kutu – kutuan (Pseudococcus lilacinus)

Kutu berwarna putih bersimbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan Infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan menjalar ke bagian buah yang masih kecil, perkembangan buah menjadi terhambat dan akhirnya mengering lalu mati.

Pengendalian:

Tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci atau
mempergunakan bahan kimia

5.    Kakao Mot / Ngengat Buah (Acrocercops cranerella)

Ngengat Buah yang dikenal juga dengan nama Kakao Mot (Acrocercops cranerella) merupakan anggota dari famili Lithocolletidae. Serangan paling parah terjadi pada buah kakao muda, hingga menyebabkan kulit buah berwarna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang
dan lengket.

Pengendalian :

Sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana (BVR) dengan cara disemprotkan.

6.    Penggerek Buah Kakao (PBK), (Conopomorpha cramerella)

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling  melekat dan berwarna  kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi  lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.

Pengendalian :

Usaha pengendalian hama/penyakit tersebut terutama dilakukan dengan sistem PHT (pengendalian hama terpadu). Pengendaliannya dilakukan dengan cara antara lain :

a).    Karantina yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK

b).    Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4 m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen

c).    Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam

d).    Penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.

e).    Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

7.     Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)

Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.

Pengendalian :

Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

B.    Penyakit Kakao

1.    Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)

Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya  penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.

Pengendalian :

a).    Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm

b).    Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun

c).    Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

2.    Jamur Upas (Upasia salmonicolor)

Penyakit jamur upas ini menyerang batang dan cabang.

Pengendalian :

Kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan pestisida nabati atau kimia, pemangkasan teratur, serangan yang berkelanjutan dipotong lalu dibakar. Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan surfaktan setiap melakukan penyemprotan.

Demikian tentang “Hama dan Penyakit Tanaman Kakao” Semoga bermanfaat…

Salam mitalom !!!