Membuat FUNGISIDA Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit KARAT DAUN
Cara Alami Mengendalikan Penyakit Karat Daun
Hama & Penyakit – Apa itu KARAT DAUN? Apa yang dimaksud dengan penyakit KARAT DAUN? Penyakit karat daun adalah salah satu jenis penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh cendawan (fungi/jamur). Penyakit karat daun merupakan jenis penyakit berbahaya pada tanaman kacang-kacangan. Beberapa jenis tanaman budidaya dari jenis kacang-kacangan yang rawan terserang penyakit ini antara lain kedelai, kacang asu, kacang kratok, dan kacang panjang. Penyakit ini bisa menyerang tanaman baik dimusim hujan maupun kemarau, namun intensitas serangan tertinggi lebih sering terjadi pada musim kemarau. Penyakit karat daun bisa menyerang semua bagian tanaman, akan tetapi gejala serangan paling parah terjadi pada daun tanaman sehingga disebut penyakit karat daun. Selain daun, dampak dan gejala penyakit ini dapat tampak pula di buah, batang, pucuk, serta beberapa jaringa lain yang berklorofil. Penyakit karat juga menyebabkan deformasi, perubahan bentuk organ tanaman.
1. Penyebab Penyakit Karat Daun
Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Phakospora pachyrhizi. Spora cendawan dibentuk dalam uredium dengan diameter 25 − 50 µm sampai 5 − 14 µm. Uredospora berbentuk bulat telur, berwarna kuning keemasan sampai coklat muda dengan diameter 18 − 34 µm sampai 15 − 24 µm. Permukaan uredospora bergerigi. Uredospora akan berkembang menjadi teliospora yang dibentuk dalam telia. Telia berbentuk bulat panjang dan berisi 2 − 7 teliospora. Teliospora berwarna coklat tua, berukuran 15 − 26 µm sampai 6 − 12 µm. Stadium teliospora jarang ditemukan di lapangan dan tidak berperan sebagai inokulum awal. Di Amerika Latin, penyakit karat disebabkan oleh dua spesies, yaitu Phakospora pachyrhizi yang sangat virulen dan P. meibomiae yang kurang virulen (Sumartini. 2010).
2. Gejala Serangan Penyakit Karat Daun
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat kedelai adalah terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa. Terjadi bercak- bercak kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang lebih muda.
3. Pengendalian Penyakit Karat Daun dengan Fungisida Nabati yang Ramah Lingkungan
Secara kimiawi, pengendalian penyakit karat daun dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida, seperti kocide, funguran atau cobox. Namun penggunaan fungisida kimia tentu saja dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusia. Selain itu residu bahan kimia dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang meliputi pencemaran air, tanah dan pencemaran udara.
Pengendalian penyakit karat yang ramah lingkungan menggunakan bahan nabati dianjurkan untuk menjaga pola pertanian berkelanjutan. Cara-cara pengendalian penyakit karat tersebut yaitu penanaman varietas tahan, penggunaan bahan nabati, dan hayati. Fungisida nabati merupakan salah satu carapengendalian yang mempunyai keunggulan anatara lain tidak mencemari lingkungan, tersedia di lingkungan sekitar kita, dan tidak menimbulkan resistensi.
Salah satu fungisida nabati yang dapat mengendalikan penyakit karat pada kedelai adalah minyak cengkeh “CEKA”. Minyak cengkeh terbuat dari daun cengkeh yang disuling dan mengandung bahan aktif eugenol. Selain menghambat perkembangan penyakit karat, minyak cengkeh juga berkhasiat menghambat perkembangan beberapa macam penyebab penyakit seperti Fusarium oxysporuM pada vanili, Rhizoctonia solani, Phytophthora capsici dan Sclerotium rolfsii pada lada.
4. Efektifitas Minyak Cengkeh (CEKA) Untuk Mengendalikan Karat Daun
Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi, daun-daun kedelai yang diberi perlakuan CEKA secara visual tampak sehat dan tidak terdapat atau sedikit gejala penyakit karat, sedangkan pada daun tanpa CEKA terdapat gejala penyakit karat. Dinding sel spora yang diberi perlakuan CEKA mengalami lisis sehingga isi sel tersebar keluar sel, sedangkan spora tanpa CEKA dinding sel tetap utuh dan bisa membentuk tabung kecambah, hal ini menunjukkan bahwa spora tidak mati. Penggunaan bahan nabati “CEKA” dapat menghambat intensitas penyakit karat pada kedelai hingga 50%.
5. Cara Aplikasi Minyak Cengkeh (CEKA) untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun
Cara menggunakan minyak cengkeh (CEKA) untuk mengendalikan penyakit karat daun sangat mudah. Aplikasi paling efektif yaitu dilakukan dengan penyemprotan. Berikut ini dosis, waktu dan frekuensi penyemprotan minyak cengkeh pada tanaman ;
1. Gunakan minyak cengkeh sebanyak 3 – 5 cc per liter air bersih
2. Tambahkan perekat agar minyak cengkeh efektif melekat pada tanaman
3. Waktu penyemprotan dilakukan pada minggu ketujuh setelah tanam
4. Penyemprotan dilakukan setiap 3 – 5 hari sekali
5. Dalam satu musim tanam, penyemprotan dapat dilakukan antara 7 – 8 kali
6. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Dengan catatan cuaca diperkirakan cerah dan tidak turun hujan setelah penyemprotan.
Cendawan P. pachyrhizi merupakan parasit obligat yang dapat juga ditemukan pada tanaman inang lain yaitu kacang asu, kacang kratok, dan kacang panjang. Selain itu dilaporkan bahwa 31 spesies dan 17 genus dari famili kacang-kacangan yang dapat terinfeksi P. pachyrhizI, diantaranya adalah Yellow Sweet Clover (Melilotus officinalis), Vetch (Vicia dasycarpa), Medic (Medigo arborea), Lupine (Lupinus hirsitus), kacang merah atau Kidney bean (Phaseolus vulgaris), kacang hijau atau Green bean (Phaseolus vulgaris), Lima bean (Phaseolus lunatus), Butter bean (Phaseolus lunatus), Cowpea (Vigna linguata), dan Blackeyed Pea (Vigna linguata), sehingga perlu diwaspadai.
Demikian “Cara Mengendalikan KARAT DAUN dengan Fungisida Nabati“. Semoga bermanfaat….
Salam mitalom !!!