Jenis-jenis Penyakit Khas SAPI BALI dan Cara Pengobatannya

Penyakit Khas Sapi Bali

Hama & Penyakit – Sapi bali adalah sapi asli Indonesia yang telah diakui secara internasional. Sapi yang memiliki banyak keunggulan ini merupakan aset nasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Seharusnya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor daging sapi dari Australia dan Selandia Baru, sebab kita memiliki spesies sapi unggul yang bisa diternakkan diseluruh wilayah Indonesia yakni sapi bali. Namun meskipun memiliki banyak keunggulan, dalam usaha budidaya ternak sapi tidak lepas dari masalah dan kendala. Salah satu masalah yang cukup mengkhawatirkan peternak sapi bali adalah serangan berbagai jenis penyakit berbahaya. Misalnya serangan penyakit jembarana yang belakangan ini menjadi isu nasional. Penyakit yang sering menyebabkan kematian ternak sapi ini diketahui dapat menular dan mewabah. Sejauh ini penyakit Jembrana hanya ditemukan di Indonesia dan hanya menyerang sapi bali. Namun tidak tertutup kemungkinan penyakit jembrana dapat menyerang ternak sapi jenis lainnya. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak sapi bali antara lain ‘ penyakit jembrana / penyakit keringat darah, penyakit BEF (Bovine Ephemeral Fever), penyakit diare ganas menular, penyakit berak darah, penyakit bali (bali ziekte) dan cacingan. Dari beberapa jenis penyakit sapi tersebut yang paling ganas dan menjadi penyakit khas sapi bali adalah jembarana dan bali ziekte. Berikut ini cara pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak sapi bali ;

1.    Penyakit Jembrana / Keringat darah

Penyakit keringat darah (Penyakit Jembrana) ini disebabkan oleh virus jembrana (retrovirus) dan bersifat ganas pada sapi bali.  Penularan penyakit jembrana dari sapi ke sapi lainnya diperkirakan oleh serangga penghisap darah seperti lalat (lalat tapis) caplak dan nyamuk. Berikut ini gejala atau ciri-ciri yang ditimbulkan jika ternak sapi terserang penyakit jembarana (keringat darah) ;

1).    Ternak sapi mengalami demam tinggi, suhu badan ternak sapi tinggi antara 38C hingga 42C,
2).    Ternak sapi mengalami pembengkakan hebat pada kelenjar limfe,
3).    Terjadi luka-luka (erosi) pada selaput lendir mulut ternak sapi,
4).    Diare yang sering bercampur darah,
5).    Ternak sapi yang terjangkit seringkali mengalami pendarahan kulit (berkeringat darah).
6).    Ternak sapi yang terserang penyakit jembrana mengalami penurunan nafsu makan sehingga kenaikan berat badan sapi terhambat,
7).    Jika tidak segera ditangani, sapi yang terserang seringkali mengalami kematian.

Cara Penaggulangan Penyakit Jembrana pada Sapi Bali :

1).    Karantina, Yaitu memelihara ternak sapi yang baru datang dari tempat lain kelokasi peternakan secara terpisah selama beberapa hari.
2).    Isolasi, yaitu mengandangkan sapi yang terjangkit penyakit jembrana secara terpisah dari sapi lainnya.
3).    Sanitasi, dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan lokasi sekitar kandang.
4).    Penyemprotan anti serangga,
5).    Memelihara sapi dengan baik dan benar,
6).    Vaksinasi,
7).    Penyemprotan Desinfektan,
8).    Pemberian obat.

2.    Penyakit BEF (Bovine Ephemeral Fever)

Penyakit BEF pada ternak sapi disebabkan oleh virus (Double Stranded Ribonucleic Acid). Penyakit ini ditularkan oleh serangga (arthropod borne viral disease), bersifat benign non contagius, yang ditandai dengan demam mendadak, sapi tidak mau makan dan kaku pada persendian. Penyakit dapat sembuh kembali beberapa hari kemudian.

Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit BEF pada Sapi

1).    Pencegahan dilakukan dengan memberikan vaksin BEF dan mengontrol serangga vektor,
2).    Pemberian antibiotik, anti inflamasi, pemberian cairan dinilai cukup efektif untuk mengurangi terjadinya infeksi sekunder yang dapat memperparah kondisi hewan dan dapat berakibat fatal.
3).    Selain pemberian vaksin BEF, manajemen yang baik perlu diterapkan dimana sanitasi kandang dan lingkungan harus diperhatikan, jumlah ternak pada satu kandang tidak terlalu padat dan alur pembuangan air dan kotoran yang baik.
4).    Sistem karantina yang ketat perlu diterapkan agar lalu lintas ternak dapat dikontrol.

3.    Penyakit Bali (Bali Ziekte)

Penyakit bali ziekte yaitu kondisi gangguan kesehatan ternak sapi akibat keracunan zat yang terdapat pada tanaman Tembelekan/Saliara (Lantana camara) atau kerasi. Gejala penyakit bali/bali ziekte antara lain sebagai berikut ;

1).    Ternak sapi mengalami penurunan nafsu makan,
2).    Suhu tubuh ternak sapi tinggi,
3).    Gatalgatal dan ternak sapi tidak tenang,
4).    Kulit sapi dibagian tubuh yang menonjol dan ujung telinga mengering dan mengelupas.

Pencegahan dan Penanganan Penyakit Sapi Bali Ziekte :

1).    Usahakan ternak sapi tidak memakan tanaman lantana camara,
2).    Ternak yang mengalami keracunan ditempatkan pada tempat yang teduh dan terhindar dari panas matahari,
3).    Ternak diberi air minum (air kelapa lebih baik) dan pakan yang cukup,
4).    Luka yang timbul diobati agar tidak terjadi infeksi.

4.    Penyakit Diare Ganas Sapi (DGS) atau Bovine Viral Diarrhea (BVD)

Bovine Viral Diarrhea (BVD) atau Diare Ganas Sapi (DGS) adalah penyakit hewan menular yang akut dan sering berakibat fatal, disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus dari famili Togaviridae (Dharma dan Putra, 1997). Umumnya infeksi paska kelahiran bersifat non klinis, peningkatan temperatur biphasic (terjadi dua kali peningkatan suhu badan) dan leukopenia yang diikuti peningkatan zat kebal/antibodi yang dapat dideteksi dengan uji serum netralisasi. Infeksi dapat dilihat melalui diagnosis serologik, virologik dan munculnya tanda klinis serta adanya lesi patologik. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan vaksin hidup (modified live vaccine). Dampak kerugian ekonomi akibat BVD bersifat relatif, tergantung kepada ketepatan sistem manajemen dan waktu pelaksanaan vaksinasi serta beberapa aspek produksi.

Pencegahan Penyakit Diare Ganas Sapi (DGS) atau Bovine Viral Diarrhea (BVD)

1.    Vaksinasi dari sapi penderita. Hewan yang telah divaksin diberikan booster vaksin tunggal setiap tahun.
2.    Tindakan pencegahan melalui biosekuriti agar tidak terbawa virus ke peternakan oleh pembawa.
3.    Melakukan pengujian dengan pemeriksaan darah pada semua kelahiran pedet sekitar 3 bulan setelah terlihat hewan pertama yang sakit BVD. Dan terus melakukan pengujian sampai 9 bulan setelah terlihat hewan terakhir yang sakit karena BVD.
4.    Cegah kontaminasi pupuk kandang terhadap bulu, makanan, dan air.
5.    Tempat tinggal pedet dibuat sendiri.
6.    Pengujian hewan baru untuk infeksi persisten.
7.    Pedet yang baru lahir diberi kolostrum secara maksimal.
8.     Kurangi stress pada sapi yang bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, kekurangan nutrisi, ketidaknyamanan kandang dan kualitas air yang jelek.

5.    Penyakit Berak Darah (Coccsidiosis)

Penyebab penyakit berak darah (Coccsidiosis) pada ternak sapi disebabkan oleh bakteri E. bovis, E.zurni, E. ellipsoidalis dan E. auburnensis. Gejala klinis penyakit berak darah bervariasi, tergantung spesies bakteri penyerang dan umur sapi. Sapi yang berumur dibawah 6 bulan sangat peka terhadap penyakit ini. Pada infeksi ringan ditandai oleh adanya diare ringan yang berlangsung sekitar 5-7 hari, pada infeksi berat tinja sering terlihat bercampur darah dan lendir, hewan penderita akan mengalami depresi, nafsu makan menurun sampai hilang, berat badan menurun, dehidarasi, daerah sekitar anus menjadi kotor oleh adanya tinja, dan kematian dapat terjadi selama periode akut atau kerena infeksi sekunder (pneumonia).

Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Berak Darah pada Sapi

1).    Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang,
2).    Ternak sapi yang sakit segera di isolasi agar tidak menular ke sapi yang sehat,
3).    Ternak yang sakit diobati dengan preparat furazolidone, pyrimethamin, sulfonamide,
4).    Konsultasi dengan dokter hewan tentang jenis obat dan dosis pemberiannya.

6.    Penyakit Cacingan pada Sapi

Cacingan merupakan penyakit yang sering dialami oleh ternak sapi. Meskipun cacingan tergolong penyakit yang mudah ditangani namun penanganan harus dilakukan segera untuk menghindari kerugian akibat penyakit ini. Cacing yang menyerang ternak sapi sangat banyak jenisnya, tetapi yang paling sering menyerang adalah cacing pita dan cacing hati. Cacingan pada sapi disebabkan oleh kondisi pakan yang tidak bersih, biasanya pada rumput hujauan yang mengandung larva cacing.

Pengobatan dan Pencegahan Cacingan pada Sapi

1).    Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang,
2).    Memberi pakan yang bersih,
3).    Segera membuang sia-sisa pakan yang ada di kandang,
4).    Memberikan obat cacing secara rutin (biasanya setiap 2 bulan sekali),
5).    Konsultasi dengan dokter hewan sebelum memberikan obat untuk memperoleh jenis dan dosis obat yang tepat.

Demikian tentang “Jenis-jenis Penyakit pada Ternak Sapi Bali“. Semoga bermanfaat….

Salam mitalom !!!