Cara Budidaya LADA PERDU dengan Setek Agar Hasil Panen Maksimal
Budidaya LADA PERDU di Lahan Tanah
Budidaya – Tanaman lada merupakan salah satu komoditas perdagangan dunia yang dikenal dengan sebutan The King of Spice atau Raja Rempah-Rempah. Lada di Indonesia dikenal dengan sebutan MERICA atau SAHANG dan dimanfaatkan sebagai bumbu dapur. Selama ini budidaya lada di sentra produksi lada di Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan, menggunakan tiang panjat mati. Cara budidaya lada seperti ini membutuhkan biaya produksi yang tinggi, terutama biaya pengadaan tiang kayu sebagai tiang panjat tanaman lada. Tiang panjat berupa batang kayu yang kini semakin sulit diperoleh dan petani lada jumlahnya semakin sedikit. Hal ini adalah salah satu penyebab menurunnya produktivitas lada di Indonesia. Untuk meningkatkan produksi lada nasional perlu dicari alternatif cara budidaya lada yang praktis dengan biaya yang lebih murah tanpa menurunkan produktivitas tanaman. Produktivitas lada sangat dipengaruhi oleh harga lada di pasaran, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga. Saat harga lada turun drastis, petani enggan memelihara tanaman, sehingga tanaman tidak terawat, banyak yang mati, atau diganti dengan komoditas lain, akibatnya produktivitas lada secara nasional turun. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan budidaya lada perdu.
Dengan budidaya lada perdu diharapkan dapat meningkatkan produksi lada nasional, menghindari fluktuasi harga lada dan menekan biaya produksi. Budidaya lada perdu memiliki beberapa keunggulan, yaitu : biaya produksi lebih murah karena tidak memerlukan tiang panjat yang harganya semakin mahal, berproduksi lebih awal yaitu bisa mulai dipanen pada umur 2 tahun setelah tanam, serta pemeliharaan dan pemanenan lebih mudah. Selain itu, budidaya lada perdu bisa dilakukan sistem tumpang sela dengan kelapa atau tanaman tahunan lainnya. Tanaman lada perdu juga bisa ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti kacang tanah dan jagung.
1. Persiapan Bibit Lada Perdu
Lada adalah tanaman yang bisa diperbanyak secara generatif, yaitu perbanyakan tanaman dengan biji. Namun pada umumnya perbanyakan lada dilakukan secara vegetatif, yaitu melalui setek cabang. Bibit tanaman lada perdu diperoleh dari perbanyakan vegetatif dengan setek cabang buah yang memiliki sistem “Sympodial” dan tumbuh mendatar berbentuk perdu. Setek cabang buah dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu setek cabang bertapak dan stek cabang buah.
a). Setek cabang bertapak yaitu stek cabang yang menyertakan sulur panjat. Cara setek cabang bertapak yaitu pembuatan setek dengan menggunakan setek cabang primer dengan 3 – 4 daun dan menyertakan satu buku sulur panjat. Tunas tidur dan daun penumpu yang ada pada buku sulur panjat harus dipotong dan dibuang agar tidak terbentuk lagi sulur panjat.Perbanyakan dengan setek bertapak lebih mudah berhasil karena setek menyertakan satu sulur panjat pada pangkal setek. Karena akar primordia sudah pada sulur panjat sebagai tapak, maka persentase hidup dari setek bertapak selalu tinggi.
b). Setek cabang yaitu setek cabang buah primer dan sekunder. Cabang primer adalah cabang yang keluar dari sulur panjat, sedang cabang buah, pertumbuhan akar dan tunas lebih sulit dan lama sehingga waktu di pembibitan lebih lama. Setek cabang diperbanyak dari setek cabang sekunder yang dibuat dari cabang primer, sekunder dan tertier relatif sulit berakar dibanding setek cabang bertapak. Hal ini disebabkan karena bagian buku dan ruas setek cabang primer, sekunder dan tertier tidak mempunyai
primordia akar. Setek cabang buah merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan tanaman.
Lihat cara membuat bibit lada perdu selengkapnya disini : Cara Mudah Membuat Bibit LADA PERDU Berkualitas dengan Setek Cabang
2. Persiapan Lahan Budidaya Lada Perdu
Tanaman lada perdu cocok dibudidayakan dengan sistem tumpang sela maupun tumpang sari, karena tanaman ini
memerlukan naungan 25 – 50%. Lada perdu bisa ditumpang sela dengan tanaman perkebunan, misalnya kelapa, cengkeh, mangga dan sengon. Atau ditumpangsarikan dengan tanaman kacang tanah dan jagung. Budidaya lada perdu dengan teknik polykultur memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat meningkatkan efesiensi penggunaan lahan, memberikan nilai tambah terhadap penghasilan petani serta mengurangi resiko kematian tanaman akibat cekaman lingkungan. Tanaman lada perdu yang ditumpang sela dengan tanaman perkebunan memiliki persentase kematian lebih rendah dariapada budidaya lada secara monokultur. Selain itu sisa – sisa dari tanaman semusim yang sudah dipanen menjadi sumber bahan organik yang dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman lada.
Sistem perakaran tanaman lada perdu sangat dangkal dan sedikit, sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap sinar matahari penuh. Lada perdu memiliki struktur akar yang dangkal dengan 63,8% perakaran terkonsentrasi pada kedalaman 0-50 cm dari permukaan tanah. Oleh sebab itu jika lada perdu dibudidayakan secara monokultur, sebelum penanaman lada perdu perlu dilakukan penanaman pohon pelindung terlebih dahulu.
Persiapan lahan dimulai pada musim kemarau, sehingga penanamannya dilakukan pada musim hujan, diawali dengan pembersihan lahan, pengajiran dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m atau 1,5 m x 2 m, dan pembuatan lubang tanam dengan ukuran minimal 35 cm x 35 cm x 35 cm. Pada pertanaman polikultur, contohnya pada kelapa, biasanya ditanam ± 2 m dari pangkal batang kelapa atau di luar batas tajuk tanaman pokoknya, karena perakaran kelapa umumnya terkonsentrasi tertinggi sampai sejauh 2 m dari pangkal batang dengan kedalaman 1,5 m (Nair, 1983). Menjelang musim penghujan, lubang tanam ditutup dengan campuran tanah atas dan pupuk kandang sebanyak 5–10kg/lubang tanam, sehingga terbentuk guludan individu setinggi ± 20 cm. Penambahan dolomit 0,5 kg/lubang tanam dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
3. Penanaman Bibit Lada Perdu
Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, bibit lada perdu ditanam secara tegak. Saat melepaskan polibag, sebaiknya media tanam diusahakan tidak pecah (Gambar 3), karena dapat mengganggu perkembangan akar yang dapat berakibat kematian. Selanjutnya tanah di sekitar bibit lada dipadatkan. Untuk mengurangi penguapan, bibit diberi naungan yang terbuat dari daun yang tidak mudah lapuk seperti daun alang-alang atau kelapa sampai tanaman kuat beradaptasi.
4. Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Lada Perdu
Secara umum pemeliharaan tanaman lada perdu lebih mudah dibanding lada panjat, karena tidak memerlukan pemeliharaan untuk tiang panjatnya, sehingga biaya produksi dapat ditekan. Pemeliharaan tanaman meliputi : a) penyiangan, b). perompesan bunga, c). penyiraman, d). perbaikan guludan, f). pemberian mulsa, g). perbaikan saluran pembuangan air.
a. Penyiangan
Guludan individu tanaman harus selalu bersih bebas dari gulma, dengan cara penyiangan terbatas (bobokor), yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman/tajuk.
b. Perompesan bunga
Tanaman lada perdu biasanya sudah berbunga pada umur ± 1 bulan setelah dipindah ke lapang. Bunga yang muncul harus segera dibuang sampai tanaman berumur ± 1,5 tahun (Gambar 4). Perompesan bunga sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif, dan dihentikan setelah tanaman cukup rimbun.
c. Penyiraman
Penyiraman sangat diperlukan terutama pada awal penanaman, setelah tanaman cukup kuat maka penyiraman dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Perbaikan guludan
Mempertahankan bentuk dan tinggi guludan individu, dengan cara menaikkan kembali tanah yang terkikis air sekaligus pengendalian gulma
e. Perbaikan saluran drainase
Memperbaiki saluran drainase dengan tujuan menghindari terjadinya genangan air di areal kebun lada perdu yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan dapat menjadi sumber patogen.
f. Pemberian mulsa
Pemberian mulsa, baik mulsa plastik maupun mulsa alam, sangat dianjurkan terutama pada musim kemarau. Selain untuk mempertahankan kelembaban pada tanah juga berguna sebagai pupuk organik dan dapat menekan pertumbuhan gulma.
5. Pemupukan Tanaman Lada Perdu
a). Pemberian pupuk akar
Pemupukan tanaman lada disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pada tahun I pupuk NPKMg (12:12:17:2) 50 g/tanaman/tahun, diberikan 4 kali setahun. Pemberian pupuk dilakukan mulai 3 bulan setelah tanam (BST). Pada tahun II dosis pupuk 100 g/tanaman/tahun dan tahun III dan seterusnya 200 g/tanaman/tahun (Syakir dan Azri, 1994 dalam Syakir, 1996). Pemberian pupuk dilakukan setiap pada awal musim hujan. Pupuk diberikan dengan cara dibuat larikan atau ditugal ± 20 cm dari pangkal batang lada. Pemberian pupuk kandang diberikan setiap tahun pada awal musim kemarau dengan dosis 5-10 kg/tanaman/tahun.
b. Pemberian pupuk daun
Untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif (agar tanaman cepat rimbun) dilakukan pemberian pupuk daun dengan cara disemprot 2 kali sebulan atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Penanggulangan Hama dan Penyakit Lada Perdu
Untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida 1 kali sebulan atau sesuai dengan kebutuhan. Pemberian bambu bertujuan untuk menghindari kontak langsung daun lada dengan tanah sebagai salah satu upaya untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
7. Panen dan Paska Panen Lada Perdu
Lada perdu mulai berproduksi pada umur 2 tahun, dan panen selanjutnya dilakukan setiap tahun sampai tanaman berumur lebih dari 10 tahun, tergantung pemeliharaan. Panen pertama dapat menghasilkan ± 200 g lada kering/tanaman. Panen berikutnya akan meningkat sampai ± 300 g lada kering/tanaman. Waktu panen sangat ditentukan oleh jenis lada yang akan dihasilkan dan tidak berbeda dengan lada panjat, yaitu lada hitam dan lada putih. Pemanenan lada perdu cukup mudah karena tidak memerlukan tangga.
Demikian “Cara Budidaya LADA PERDU” yang baik dan benar. Semoga bermanfaat !!!
Salam mitalom !!!