Apriliani, Penemu Bio Fungisida dari Pati
Bio Fungisida Karya Anak Bangsa
Artikel – Sudah basi memang, tapi tak apalah mungkin saja masih banyak yang belum tahu kabar ini. Seorang sisiwi SMA kampung berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia. Dengan karya penemuannya Ia dengan bangga mengibarkan merah putih disebuah kancah kompetisi bertaraf internasional.
Apriliani Sofa Marwaningtyas adalah seorang sisiwi salah satu SMA di Kabupaten Pati Jawa Tengah berhasil menemukan bio fungisida untuk mengendalikan panyakit jamur pada tanaman cabe. Penemuannya ini berawal dari keprihatinannya melihat komoditi cabe Indonesia yang sering ditolak di luar negeri karena mengandung pestisida kimia yang sangat tinggi. Ia bersama seorang rekannya yang bernama Ika Puji Anggraini melakukan penelitian selama kurang lebih 3 tahun. Bahan yang digunakan kedua sisiwi ini adalah limbah abu kulit kapuk sisa pembakaran genteng dan batu bata. Di Desa Karaban Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tempat tinggal mereka kulit kapuk biasa digunakan untuk membakar genteng dan batu bata. Didampingi guru pembimbingnya, Bapak Muhammad Rouf mereka mengolah limbah kapuk menjadi sesuatu yang berguna.
Kedua siswi SMA PGRI 2 Kayen Pati ini mengumpulkan abu kulit kapuk kemudian merendamnya. Air rendaman tersebut disemprotkan pada tanaman yang terserang jamur. Dari penelitian yang mereka lakukan, air rendaman abu kulit kapuk mampu menekan penyakit jamur pada tanaman cabe secara signifikan. Bio fungisida temuan mereka juga bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit jamur pada tanaman lainnya. Selain aman bagi lingkungan dan manusia, biaya pembuatan bio fungisida juga sangat murah. Menurut mereka, untuk kebutuhan tanaman seluas 0,25 Ha hanya menghabiskan biaya Rp. 15 – 20 ribu saja. Jauh lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
Penelitian panjang mereka berdua membuahkan hasil. Karya kedua sisiwi Kelas XII Jurusan IPA ini mampu meraih medali perunggu dibidang Sains Terapan pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta pada Oktober 2012 lalu. Bukan hanya itu pada tahun 20 – 25 oktober 2013 bio fungisida buatan mereka juga meraih penghargaan “Best Project” sekaligus juara pertama dari 13 kategori “Biologia Celuler e-Mulucular Micro Biologia” di Brazil. Kita patut bangga, anak Indonesia mampu menjadi juara dalam sebuah kompetisi internasional yang diikuti oleh 500 peserta dari 40 negara.
Para Dewan Juri menilai bio fungisida temuan mereka sangat unik, belum banyak diteliti dan terbukti mampu mengendalikan penyakit tanaman akibat jamur. Potensi pengembangan bio fungisida ini sangat besar, karena bahan baku cukup melimpah. Desa karaban Kecamatan Kayen adalah sentra kapuk terbesar di Indonesia. Limbah kulit kapuk yang dihasilkan dari wilayah Karaban dalam satu bulan mencapai 150 ton.
Selain bahan baku yang melimpah, bio fungisida dari kulit kapuk cukup aman bagi lingkungan dan manusia. Sehingga temuan kedua siswi tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pengendalian penyakit jamur pada tanaman.
Salam mitalom !!!