Sistem Pola Tanam Tumpang Sari (Polykultur)

Keuntungan Sitem Pola Tanam Polykultur

Artikel – Pola tanam sistem “Polikultur” adalah suatu bentuk pola tanam yang melibatkan lebih dari satu jenis tanaman pada satu areal lahan. Polykultur lebih dikenal dengan “Tumpang Sari”, padahal “Tumpang Sari” hanyalah merupakan salah satu bentuk pola tanam “Polykultur”. Pola tanam dengan sistem “Polykultur” atau campuran bukanlah hal baru didunia pertanian. Sejak jaman dahulu pola tanam polykultur sudah diterapkan oleh petani tradisional. Nenek moyang kita dahulu bercocok tanam dengan menanam berbagai jenis tanaman pada satu areal secara bersamaan atau hampir bersamaan. Tanaman utama ketika itu adalah padi, jagung atau singkong sebagai bahan makanan pokok. Diantara tanaman padi biasanya diselingi dengan tanaman jagung, pisang pepaya atau tanaman muda lainnya dengan sistem yang diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu.

Tumpang Sari Tembakau dan Kubis

Ternyata nenek moyang kita sudah mengenal arti efektifitas dalam memaksimalkan penggunaan lahan. Mereka sudah mengerti bahwa pola tanam dengan sistem polykultur lebih menguntungkan daripada pola tanam monokultur. Namun seiring dengan perkembangan teknologi budidaya yang semakin maju, pola tanam polykultur mulai ditinggalkan. Saat ini pola tanam monokultur lebih digemari, dengan alasan pemeliharaan yang lebih terfokus dan intensif. Secara umum ada 3 jenis pola tanam “Polykultur” yang dikenal antara lain ;

1. Sistem Tumpang Sari

Tupangsari adalah suatu bentuk sistem pola tanam polykultur (campuran) yang melibatkan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Jenis – jenis tanaman yang ditanam dengan sistem tumpang sari biasanya adalah tanaman semusim. Misalnya tumpangsari tanaman jagung dan kedelai atau tanaman jagung dengan padi gogo (padi darat). Beberapa jenis tanaman yang biasanya dibudidayakan dengan sistem tumpang sari antara lain :

Tumpang Sari : 1. Cabe dan Tomay, 2. Jagung dan Kedelai, 3. Cabe dan Sawi

a). Cabe dan Tomat,
b). Jagung dan Kacang Tanah,
c). Jagung dan Kedelai,
d). Tembakau dan Kubis,
e). Cabe dan Mentimun,
f). Cabe dan Bawang Merah,
g). Cabe dan Sawi,
h). Cabe dan Daun Bawang, dll.

2. Sistem Tumpang Gilir

Sistem tumpang gilir adalah pola tanam polykultur (campuran) antara dua jenis tanaman yang dilakukan secara bergiliran atau bergantian. Pada sistem tumpang gilir, jenis tanaman kedua ditanam beberapa saat menjelang tanaman pertama di panen atau segera setelah tanaman pertama dipanen. Pada sistem ini keuntungan yang paling menonjol adalah penghematan biaya dan tenaga pengolahan tanah. Karena biasanya pengolahan tanah hanya dilakukan sekali, yaitu sebelum penanaman jenis tanaman pertama saja. Beberapa tanaman yang biasanya dibudidayakan dengan sistem tumpang gilir adalah ;

Tumpang Gilir : 1. Jagung dan Kacang Panjang, 2. Jagung dan Kacang Koro

a). Jagung dan Kacang Panjang,
b). Jagung dan Kacang Koro,
c). Cabe dan Kacang Panjang
d). Cabe dan Mentimun,
e). Melon dan Kacang Panjang, atau
f). Melon dan Buncis, dll.

3. Sistem Tumpang Sela

Sistem Tumpang sela adalah suatu bentuk pola tanam polykultur (campuran) yang dilakukan antara jenis tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Sistem ini biasanya dilakukan pada tanaman perkebunan atau tanaman kehutanan, misalnya perkebunan kelapa sawit, karet atau jati. Pada sistem ini tanaman semusim ditanam sewaktu tanaman tahunan masih kecil dan belum produktif. Beberapa jenis tanaman yang biasanya dilakukan dengan sistem tumpang sela antara lain ;

Tumpang Sela : 1. Jeruk dan Jagung, 2. Kelapa Sawit dan Padi Gogo

a). Kelapa Sawit dan Padi, Jagung, Kedelai atau Kacang Tanah,
b). Karet Dan Padi, Jagung atau Kedelai,
c). Jeruk dan Jagung,
d). Kelapa Sawit dan Cabe,
e). Kelapa Sawit dan Semangka atau Melon, atau
f). Tanaman Perkebunan dengan berbagai jenis tanaman semusim lainnya sesuai dengan selera petani dan kondisi setempat.

Keuntungan Penerapan Pola Tanam Polykultur (Campuran)

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem pola tanam polykultur, antara lain ;
– Memperoleh hasil yang maksimal dengan lahan yang sempit, karena panen bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman yang berbeda.
– Hemat biaya pengolahan lahan dan perawatan.
– Hemat biaya pemupukan.
– Hemat waktu dan tenaga.
– Mendapatkan keuntungan hasil jual yang lebih, karena setiap tanaman memiliki nilai jual yang berbeda.
– Menekan resiko kerugian, karena hasil jual setiap jenis tanaman saling menguntungkan atau menggantikan.
– Dengan sistem tumpang sela, tanaman perkebunan tidak atau hampir tidak memerlukan pemupukan. Karena pupuk yang diberikan pada tanaman sela semusim bisa diserap juga oleh tanaman perkebunan (Tanaman tahunan).
– Tanaman perkebunan tidak memerlukan perawatan khusus, karena perawatan bisa dilakukan bersamaan dengan perawatan tanaman sela.

Demikian tentang sistem pola tanam “Polykultur” atau yang lebih dikenal dengan “Tumpang Sari”. Semoga bermanfaat…

Salam mitalom !!!