Pengendalian Penyakit CVPD pada Jeruk (Daun Jeruk Menguning) Secara Alami dan Kimiawi

A. Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada Jeruk

Gejala penyakit CVPD pada tanaman jeruk

Hama & Penyakit – Jeruk adalah tumbuhan penghasil buah jeruk yang kita kenal sebagai buah sumber vitamin C. Masyarakat Indonesia sangat familiar dengan buah yang satu ini, terutama jenis jeruk manis yaitu jeruk yang sering dikonsumsi sebagai buah segar. Buah jeruk mudah ditemukan diberbagai tempat, seperti pasar tradisional, supermarket maupun swalayan. Di Indonesia tanaman jeruk dibudidayalan hampir diseluruh wilayah, hal ini menunjukkan bahwa jeruk merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan. Sentra produksi jeruk terbesar di Indonesia adalah Tanah Karo, Sumatera Utara. Tanah Karo merupakan wilayah yang memiliki lahan budidaya jeruk terluas di Indonesia, yaitu mencapai 14.008 hektar dengan potensi hasil mencapai Rp. 1.2 – 1,5 triliun per musim panen. Sedangkan sentra produksi jeruk di Pulau jawa adalah Banyuwangi dan Garut.

Ironisnya, hingga kini Indonesia merupakan negara pengimpor jeruk terbesar kedua di Asean setelah Malaysia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, ketidak berdayaan Indonesia menghadapi gempuran buah jeruk dari luar negeri menjadikan Indonesia sebagai pasar utama perdagangan jeruk internasional. Produksi jeruk nasional belum mampu memenuhi permintaan pasar domestik sehingga suplai buah jeruk harus di impor, hal ini semakin melemahkan posisi jeruk lokal. Salah satu penyebab rendahnya produksi jeruk domestik adalah serangan hama maupun penyakit. Faktor serangan hama dan penyakit merupakan penyebab utama menurunnya kualitas dan kuantitas produksi jeruk nasional. Salah satu penyakit tanaman jeruk yang cukup berbahaya adalah penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), yaitu penyakit yang paling sering menyebabkan matinya pohon jeruk.

B.    Penyebab Penyakit CVPD / Virus Kuning pada Jeruk

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yaitu penyakit tanaman jeruk yang menyebabkan daun jeruk kuning serta rusaknya pembuluh tapis sehingga menyebabkan pertumbuhan terhambat dan secara perlahan tanaman akan mati. Penyakit ini dikenal juga sebagai citrus greening disease, yellow shoot disease, leaf mottle yellows (Virus Kuning pada Jeruk) (Filipina), libukin (Taiwan), dan citrus dieback (Mati Pucuk pada Jeruk) (India). Penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri Liberibacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan floem, akibatnya sel- sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Walaupun terdapat di floem, tetapi penyebarannya di bagian tanaman cukup lambat. Penyakit CVPD dapat ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat di Indonesia.

C.    Penyebaran dan Penularan Penyakit CVPD pada Jeruk

Penularan penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) dilakukan oleh hama vektor yaitu sejenis kutu loncat jeruk, Diaphorina citri (Sternorrhyncha: Psyllidae), atau Trioza erytreae (Sternorrhyncha: Psyllidae) di Afrika. Laporan penyakit ini pertama kali dikeluarkan tahun 1929 dan di Tiongkok pertama kali tahun 1943. Ia telah meluas di Taiwan sejak 1951. Varian Afrika pertama kali dilaporkan 1947 di Afrika Selatan. Sampai tahun 1996, penyakit CVPD telah dilaporkan terdapat di aceh, sumatera utara, riau, sumatera barat, jambi, sumetera selatan, bengkulu, lampung, DKI Jakarta, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, bali, sulawesi selatan, DI yogyakarta  dan sulawesi utara.

Penyebaran CVPD secara geografis dari satu daerah kedaerah lain, serta masuknya penyakit kedalam kebun disebabkan oleh bahan tanaman yang terinfeksi, terutama berasal dari penggunaan tunas mata temple yang terinfeksi. Sedangkan penyebaran ketanaman lain dalam satu kebun biasanya melalui vector diaphorina citri atau penggunaan tunas mata tempepl yang terinfeksi. Penularan melalui kuncup biasanya relative rendah (5-10%), karena bakteri penyebab penyakit tidak tersebar dalam jaringan tanaman (nurhadi dan whittle, 1988) menurut tirta widjaja (1984) penularan CVPD selalu melalui (a) vector (b) mata tempel (c) bibit tanaman sakit, juga dapat melalui alat yang digunakan memotong dahan ranting tanaman jeruk yang sakit karena CVPD.

Hubungan antara vector D.citri dengan penyakit CVPD belum banyak diteliti. Cholil mahfud (1985) menyimpulkan bahwa ;

1.    Vector Diaphorina citri baru dapat menularkan  CVPD setelah mengisap tanaman sakit selama 48 jam. Berdasarkan tunas sakit, hasil penularan makin tinggi apabila vector telah mengisap tanaman sakit selama 72 jam
2.    Penularan terjadi setelah 360 jam vector selesai menghisap tanaman sehat. Sampai 168 jam setelah menghisap tanaman sehat, vector yang viruliferous belum menularkan CVPD.
3.    Makin banyak populasi Diaphorina citri (sampai 10 ekor) semakin tinggi penularan
4.    Vector yang mengandung CVPD rata- rata berumur 33 hari dan umur ini lebih pendek dari vector yang tidak mengandung CVPD.

D.    Mengenal Hama Vektor Penyakit CVPD pada Jeruk

Diaphorina citri disamping berperan sebagai vector CVPD, juga dapat menyebabkan kerusakan langsung pad tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vector CVPD jauh lebih penting disbanding sifatnya sebagai hama. Diaphorina citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun- daun muda. Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mngering secara perlahan lahan kemudian mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas- tunas muda mengeriting dan pertumbuhannya terhambat. Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transpran berbentuk spiral, biasanya diletakkan berserak diatas daun atau tunas.

E.    Siklus Hidup Diaphorina citri

Diaphorina citri menpunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpokat, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di kuncup permukaan daun daun muda, atau ditancapkan pada tangkai- tangkai daun setelah 2-3 hari, telur menetas menjadi nimfa.

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok ditunas- tunas dan kuncup untuk menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan menyerang daun- daun muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5 kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak tanaman dari pada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung selama 17 hari.

Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18 hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari. perkawinan segera berlangsung setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan. Seekor betina mampu meletakkan 800 butir telur selama masa hidupnya.

D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa ditandai oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga dewasa berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3 mm. apabila sedang menghisap cairan sel tanaman, D. citri memperlihatkan posisi menungging. D. citri lebih aktif pada saat tanaman jeruk dalam fase istirahat, D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan menghisap cairan selnya. Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.

Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas- tunas baru. Populasi D. citri yang viruliferous dari suatu populasi sangat bervariasi, tingkat penularan yang sangat tinggi ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.

Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri pada tanaman, kepadatan populasi vector, lamanya periode inoculation feeding. Tanaman inang patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti poncirus tripoliata, murraya paniculata, swing lea glutinosa, clausena indica, atalantia missionis, triphasia aurantiola, tapak dara dan cuscuta sp.

F.    Gejala dan Ciri-ciri Penyakit CVPD pada Jeruk

Secara umum gejala penyakit CVPD pada jeruk adalah sebagai berikut ;

>    Belang-belang kuning pada daun dengan pola tidak teratur dan tidak simetris antar setengah bagian kanan dan kiri daun.
>    Belang kuning tidak hanya pada bagian atas daun saja, tapi juga pertumbuhan daun terhambat, daun kaku, mengecil, meruncing, dan menghadap tegak ke atas (terutama pada daun di ujung ranting).
>    Buah apabila dibelah menjadi 2 (dua) bagian dalamnya tampak tidak simetris, biji tidak bernas, dan ujung biji berwarna cokelat. Awal gejala tanaman sehat yang kemudian terkena CVPD ringan akibat ditularkan oleh kutu loncat dari tanaman sakit biasanya akan terlihat hanya pada sisi tertentu dari tajuk saja (sektoral).
>    Jika serangan CVPD yang terjadi akibat penggunaan bibit tidak sehat (bibit yang terinveksi CVPD), maka sejak awal pertumbuhan tanaman akan lambat dan merana.

1.    Gejala Luar Penyakit CVPD pada Jeruk

a).    Pada tanaman muda gejala yang nampak adalah adanya kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhannya mencuat keatas dengan daun- daun kecil dan belang- belang kuning. Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas jelek.
b).    Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang dsaun- daunnya kuning dan kontras dengan cabang lain yang daun- daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan sebutan greening sektoral.
c).    Daun pada cabang- cabang yang terinfeksi menjorok keatas seperti sikat.
d).    Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning diantara tulang daun. Gejala- gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan indicator yang sangat penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak begitu tampak.
e).    Buah pada cabang- cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari.
f).    Pada pangkal buah biasanya muncul warna orange yang berlawanan dengan buah- buah sehat.
g).    Buah- buah yang terserang rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.

2. Gejala Dalam Penyakit CVPD pada Jeruk

Pada irisan melintang tulang daun tengah jruk berturut- turut dari luar hingga ketengah daun akan terlihat jaringan- jaringan epidermis, kolengkim, sklerenkim, phloem. Menurt tirta widjaja (1984) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah sebagai berikut :

a).    Phloem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari phloem tulang daun tanaman sehat.
b).    Pada phloem tulang daun tanaman sakit terdapat sel- sel berdinding tebal yang merupakan jalur- jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak- desakan
c).    Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir- butir halus zat pati.

G.    Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit CVPD pada Jeruk

Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan CVPD tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit

Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di riau, jawa timur, sulawesi selatan, jawa barat dan bali.

2. Serangga vector

Serangga penularan yang sangat dalam penyebaran CVPD adalah  Diaphorina citri. Vector ini menularkan CVPD dipesemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas (titrawidjaja, 1984). Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat dipertimbangkan. Insektisida yang dapat mengendalikan populasi vector tersebut diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan (dekasulfan 350 EC).aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada saat tanaman menjelang dan ketika bertunas.

3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin

Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200 ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi.untuk memperoleh hasil optimim, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat pengairan yang cukup (tjiptono, 1984 dalam hitagalung, 1989).

4. Eradikasi

Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus dimusnahkan melalui eradikasi.

5. Karantina

Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan mentri pertanian nomor 129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari daerah endemic kedaerah bebas CVPD.

6. Pengairan dan pemupukan

Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang belum biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi pemupukan berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro (tjiptono, 1984 dalam hutagalung,1989).

7. Pemetaan daerah serangan CVPD

Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena CVPD, intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara pengendalian serta pengembangan pengendalian penyakit CVPD.

H.    Cara Pengendalian Penyakit CVPD pada Jeruk

1).    Menanam bibit jeruk sehat dan bersertifikat: bebas penyakit dan jelas varietasnya (dapat diperoleh dari penangkar bibit jeruk yang telah terdaftar di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih). Bibit sehat diperbanyak dari sumber (pohon induk) yang sehat. Perbanyakan melalui kultur jaringan biasa digunakan untuk menghasilkan pohon induk yang bebas penyakit sehingga selanjutnya akan menghasilkan bibit yang bebas penyakit pula.

2).    Pengendalian serangga vector/penular penyakit CVPD, yaitu serangga kutu loncat (Diaphorina citri) dengan cara:
>    Penggunaan musuh alami, diantaranya adalah kepik merah
>    Penggunaan perangkap kuning yang dipasang diantara pohon jeruk, dengan cara digantung setinggi setengah tinggi pohon. Tujuannya untuk menarik kutu loncat agar menempel pada perangkap sehingga populasi/jumlah kawanan kutu loncat di areal kebun dapat terpantau dan dapat menentukan tindakan pengendalian lebih lanjut.
>    Penggunaan insektisida kimia

3).    Penyemprotan insektisida kontak bahan aktif dimethoat atau sipermetrin
4).    Penyaputan batang utama dengan insektisida sistemik bahan aktif imedakloropid atau abamektin tanpa pengenceran saat tanaman bertunas dan populasi kutu loncat banyak

Cara penyaputan : Batang utama yang akan disaput dibersihkan dengan kain lap. Bagian yang disaput sekitar 10-20 cm dari bidang mata okulasi. Saputan menggunakan kuas melingkari batang dengan lebar saputan seukuran dengan lebar diameter batang. Selesai disaput, bagian perakaran tanaman disiram air (terutama saat kemarau) untuk mempercepat kerja insektisida yang telah disaputkan

Demikian tentang “Cara Pengendalian Penyakit CVPD pada Jeruk“. Semoga bermanfaat…

Sumber ; cybex. pertanian.go.id, sulsel.litbang.pertanian.go.id, kalbar.litbang.pertanian.go.id, balitjestro.litbang.pertanian.go.id, wikipedia.org, beritasore.com

Salam mitalom !!!