Pengendalian Hama PENGGEREK BUNGA Pinang – Batrachedra sp

Hama Penggerek Bunga Tanaman Pinang

Pengendalian Hama PENGGEREK BUNGA Pinang – Batrachedra sp
Hama penggerek bunga pinang (Sumber ; perkebunan.litbang.pertanian.go.id)

Hama & Penyakit – Salah satu penyebab penurunan produksi tanaman pinang adalah karena serangan hama bunga yaitu Batrachedra sp..  Serangan hama Batrachedra sp. pada tanaman pinang menyebabkan seludang (spatha) yang belum terbuka jadi berlubang. Larva menggerek bunga jantan dan betina, sehingga dalam waktu singkat, bunga jantan menjadi kehitaman kemudian bunga betina mengeluarkan getah, dan akhirnya bunga-bunga akan rontok. Pada tanaman pinang, serangan berat mengakibatkan tandan buah menjadi kering, bunga betina dan jantan mengering sebelum masa reseptif selesai. Inang Batrachedra sp. adalah kelapa, aren dan pinang. Kerusakan akibat serangan Batrachedra bisa mencapai 40% hingga 70%. Serangan Batrachedra sp. dipengaruhi oleh sifat tisik, morfologi dan keberadaan musuh alami pada tanaman inangnya. Batrachedra sp. merupakan hama yang selama ini diketahui menyerang tanaman palma, termasuk tanaman pinang dengan potensi kerugian di atas 50%. Larva dari hama ini merupakan stadium yang aktif merusak. Larva merusak bunga jantan dan betina yang terdapat di dalam mayang. Bunga yang diserang akan rusak sehingga tidak berkembang. Kondisi ini menyebabkan kehilangan hasil dan berpengaruh signifikan terhadap penurunan produksi tanaman. Penurunan produksi tanaman, selain diakibatkan oleh serangan hama Batrachedra sp., juga dapat disebabkan oleh faktor lain seperti penerapan teknik budidaya tanaman yang kurang optimal.

Berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman pinang, kehadiran Batrachedra sp. perlu diantisipasi. Antisipasi dapat dilakukan melalui tindakan monitoring secara berkala. Melalui tindakan ini, serangan awal dapat diketahui dan keputusan tindakan pengendalian dapat segera dilakukan. Oleh karena itu, pengetahuan ekobiologi menjadi sangat penting akan sangat membantu dalam mengetahui serangan awal Batrachedra sp.

A.    Morfologi dan Bioekologi Batrachedra sp.

Penggerek bunga Batrachedra sp. (Lepidoptera Gelechiidae) mengalami metamorfosis sempurna yang dimulai dari telur, larva, pupa sampai imago (serangga dewasa). Imago berada di sekitar tanaman inang antara pelepah, tandan dan bunga. Serangga ini termasuk tipe nokturnal yaitu aktif pada sore dan malam hari. Imago akan meletakkan telur di sekitar bunga jantan dan betina. Ukuran lebar telur 0,1 mm. Telur menetas dan keluar larva yang berwarna putih dengan kepala berwarna cokelat kehitaman. Larva langsung memakan bunga. Pada bunga jantan pinang yang sudah terbuka 4-5 hari, terdapat banyak larva instar awal. Dalam perkem- bangannya, larva instar akhir berwarna merah muda dengan panjang ± 4,5 mm. Stadium larva berlangsung sekitar 1 – 2 minggu, kemudian memasuki stadium pupa yang berlangsung 10 hari. Pupa berkembang menjadi imago. Imago memiliki warna perak keemasan dan bersisik, panjang tubuh ± A mm, lebar abdomen ± 1 mm, lebar dada (thoraks) ± 1 mm.

B.    Gejala Serangan Batrachedra sp. pada Pinang

Gejala serangan larva Batrachedra terlihat setelah 7 hari, yaitu bunga mengalami perubahan warna. Setiap bunga jantan menjadi cokelat, kemudian seiring waktu menjadi kering yang diakibatkan gerekan larva. Pada bunga yang terserang terdapat kotoran bekas gerekan yang mengering. Larva juga memakan serbuk sari sehingga mempengaruhi proses penyerbukan tanaman. Gejala serangan yang ditimbulkan pada tanaman pinang mirip dengan gejala serangan B. nuciferae pada tanaman kelapa.

Secara umum, Batrachedra sp. banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 150 – 700 mdpl (meter di atas permukaan laut). Wilayah sebarannya meliputi Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah,  Jawa Barat dan Banten.

C.    Tingkat Serangan Batrachedra sp. pada Pinang

Tingkat serangan Batrachedra sp. pada beberapa aksesi tanaman pinang di Kebun Percobaan Kaywatu Manado bervariasi setiap minggunya. Tingkat serangan tertinggi umumnya terjadi pada minggu kedua dan ketiga setelah pecah seludang. Pada aksesi Mongkonai dan Molinow-1, tingkat serangan tertinggi teijadi pada minggu ketiga masing-masing sebesar 17,4% dan 19,4%, sedangkan pada aksesi Huntu terjadi pada minggu keempat sebesar 26,7%. Secara kumulatif, tingkat serangan Batrachedra sp. sampai minggu kelima pada setiap aksesi adalah 62,3% pada aksesi Huntu, diikuti Malinow-1 57,%, dan Mongkonai 47,25%.

Berdasarkan tingkat serangan Batrachedra sp. pada aksesi pinang, menunjukkan adanya preferensi pilihan larva yang menyebar meskipun lebih menyukai aksesi Huntu. Penerimaan atau penolakan serangga fitofag pada dasamya dipengaruhi oleh faktor fisik atau kimiawi (metabolit sekunder) tanaman. Namun perlu pengkajian lebih lanjut terhadap kedua faktor tersebut dalam hubungannya antara kesesuaian inang (pinang) dan serangga (Batrachedra sp.). Secara fisik, buliran (spikelet) perbungaan ketiga aksesi memiliki perbedaan. Pada aksesi Huntu dan Malinow-1, bulirannya lebih panjang, rapat dan banyak dibandingkan dengan aksesi Mongkonai. Secara kimiawi, tanaman pinang mengandung 6 alkaloid yaitu arecoline, arecaedin, guvacine, guvacoline, isoguvacine dan arecolidine, serta senyawa kimia lainnya. Belum diketahui senyawa metabolit sekunder yang berperan dalam penerimaan atau penolakan serangga hama pada tanaman pinang. Di lapangan, beberapa tanaman pinang aksesi Huntu diketahui mengeluarkan aroma harum yang menyengat setelah seludang pecah dan bunga jantan mekar. Perlu dikaji, apakah aroma ini yang menyebabkan ketertarikan (atraktan) Batrachedra sp. pada aksesi Huntu dibandingkan dengan aksesi pinang lainnya.

D.    Cara Pencegahan dan Pengendalian Batrachedra pada Pinang

Beberapa cara pengendalian yang dapat diterapkan untuk menekan tingkat serangan atau kerusakan Batrachedra sp. pada tanaman pisang antara lain:

1).    Sanitasi dengan cara membersihkan gulma yang ada di sekitar pertanaman yang terserang, monitoring pemeliharaan tanaman dan perkembangan bunga.

2).    Pengendalian hayati, dengan memanfaatkan musuh alami Batrachedra sp. seperti predator Ancistrocerus sp. yang memangsa stadia larva, parasitoid telur Trichogramma sp.. Meteorus sp., Apanteles sp. dan Chelonus sp. Parasitoid dapat diperbanyak di laboratorium menggunakan inang altematif. Parasitoid kemudian dilepaskan ke lapangan pada siang hari sebanyak 5 pasang/ha setiap 3 bulan sekali.

3).    Pemupukan yang berimbang untuk meningkatkan ketersediaan hara dan kesehatan tanaman sehingga dapat mengurangi serangan Batrachedra sp. Dosis pupuk tanaman yang berumur 4 tahun ke atas adalah 100 g N; 40 g P205; 140 g K20 dan 12 kg kompos atau pupuk kandang/pohon/tahun.

4).    Pengendalian kimiawi, sebagai cara terakhir. Dosis yang digunakan sesuai anjuran agar tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan biotik dan abiotik.

Serangan Batrachedra sp. pada tanaman pinang belum banyak dilaporkan sebagaimana serangan pada tanaman kelapa. Namun berdasarkan kasus serangan yang dijumpai pada tanaman pinang di Kebun Percobaan Kayuwatu, kehadiran hama tersebut perlu diwaspadai karena tingkat serangannya lebih dari 50%. livaluasi lanjut terhadap kerusakan dan dampaknya pada produksi pinang, akan menjadi dasar penilaian ketahanan aksesi pinang terhadap hama. Hal ini menjadi sangat penting terutama saat tanaman pinang dari aksesi tertentu dikembangkan di masyarakat. Aksesi Huntu, Malinow-1 dan Mongkonai merupakan aksesi yang sementara diteliti untuk dilepas sebagai Varietas Unggul Baru (VUB) pinang.

Dengan memperhatikan ekobiologi Batrachedra sp., antisipasi terhadap kehadiran hama dan atau penekanan kerusakan akibat serangannya dapat dilakukan. Monitoring menjadi kegiatan penting yang tidak boleh ditinggalkan, karena melalui kegiatan tersebut perkembangan bunga dan munculnya gejala serangan akan terpantau secara dini. Kehilangan hasil akibat serangan hama dapat ditekan dan buah yang jadi dapat meningkat sehingga produksi optimal dan kualitas buah pinang terjaga.

Demikian tentang Cara Pengendalian Hama Penggerek Bunga Pinang. Semoga bermanfaat….

Sumber ; perkebunan.litbang.pertanian.go.id

Salam mitalom !!!