Panduan Umum Cara Budidaya KELAPA SAWIT Lengkap

Budidaya Perkebunan – KELAPA SAWIT (Elaeis guneensis Jack) merupakan tanaman perkebunan penting di Indonesia. Indonesia adalah negara produsen minyak kelapa sawit utama di dunia, 48% minyak kelapa sawit dunia diproduksi oleh Indonesia. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perkebunan negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Kelapa sawit adalah tanaman palma penghasil minyak makanan, minyak industri dan biodiesel (bahan bakar nabati). Sayangnya produktifitas kebun kelapa sawit secara nasional masih rendah, terutama perkebunan rakyat yang dikelola secara perseorangan. Tingkat produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan tempat tumbuhnya, kualitas bibit yang digunakan serta teknik budidaya dan pengelolaan dalam budidayanya. Berikut ini panduan umum budidaya kelapa sawit mulai dari pemilihan bibit hingga panen.

Panduan Umum Cara Budidaya KELAPA SAWIT Lengkap
Ilustrasi : perkebunan.litbang.pertanian.go.id

1. Persiapan Bibit Kelapa Sawit

Bibit kelapa sawit yang digunakan hendaknya adalah bibit yang berkualitas dan bersertifikat sehingga mutu benih dan kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Bibit kelapa sawit biasanya berupa kecambah atau bibit siap tanam yang bisa dibeli pada penyedia pembibitan kelapa sawit. Kelemahan menggunakan atau membeli bibit siap tanam adalah harganya yang relatif mahal sehingga biaya jauh lebih tinggi.

Untuk menekan biaya pembelian bibit sebaiknya menggunakan bibit kecambah yang disemaikan sendiri. Harga bibit kecambah kelapa sawit bervariasi, tergantung varietas dan kualitasnya.

2. Cara Pembibitan Kelapa Sawit

Terdapat 2 tahapan dalam pembibitan kelapa sawit, yaitu tahap pembibitan awal (Pre-nursery) dan tahap pembibitan utama (Main-nursery).

Tahap pembibitan awal (Pre-nursery) adalah tahap menumbuhkan kecambah kelapa sawit menggunakan polybag ukuran kecil. Sedangkan tahap pembibitan utama (Main-nursery) yaitu tahap pembesaran bibit kelapa sawit yang telah tumbuh sampai bibit siap tanam.

a). Tahap pembibitan awal (Pre-nursery)

Polybag yang digunakan pada pembibitan tahap ini adalah polybag kecil dengan ukuran 14 cm x 8 cm. Media semai berupa campuran tanah dan kompos serta kapur pertanian (dolomit) jika diperlukan.

Gunakan tanah gembur lapisan atas (top soli) dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 6:1. Media semai dimasukkan kedalam polybag dan disusun pada bedengan yang berukuran 1 m dengan panjang sesuai kebutuhan.

Bedengan untuk meletakkan polybag sebaiknya dibuat sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya supaya terhindar dari genangan air saat musim hujan.

Kecambah kelapa sawit ditanam pada polybag dengan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning menghadap ke atas.

b). Tahap Pembibitan Utama (Main-nursery)

Tahap ini adalah tahap pembesaran bibit kelapa sawit yang telah tumbuh. Polybag semai yang digunakan berukuran lebih besar, yaitu 40 cm x 50 cm.

Media semai yang digunakan berupa campuran tanah gembur, kompos/pupuk kandang dengan perbandingan 4 : 1. Pindahkan bibit dari polybag kecil secara hati-hati.

Pengisian polybag sebaiknya tidak terlalu penuh agar saat pemupukan dan penyiraman tidak tumpah/keluar dari polybag. Setelah pemindahan bibit disiram hingga basah.

Lakukan penyiangan dan penyiraman sesuai dengan kebutuhan. Bibit yang berumur 8 – 12 bulan sudah bisa ditanam kelahan.

3. Teknik Pembukaan Lahan Budidaya Kelapa Sawit

Berbagai metode dan teknik pembukaan lahan budidaya kelapa sawit dapat dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, jenis lahan dan anggaran biaya.

Sistem pembukaan lahan budidaya kelapa sawit antara lain, pembukaan lahan secara manual, mekanis dan kimia. Atau kombinasi dari ketiga sistem tersebut yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan.

a). Sistem pembukaan lahan secara manual yaitu menggunakan tenaga manusia menggunakan peralatan sederhana.
b). Sistem pembukaan lahan secara mekanis yaitu menggunakan alat berat/alat pertanian, misalnya traktor atau buldoser.
c). Sistem pembukaan lahan secara kimia yaitu pembukaan lahan menggunakan herbisida/racun rumput.

Yang perlu diingat adalah “TIDAK MEMBAKAR LAHAN” karena bisa menimbulkan kebakaran hutan, perkebunan dan merusak ekosistem serta lingkungan.

4. Membuat Jaringan Jalan Perkebunan

Setelah proses pembukaan lahan selesai, selanjutnya adalah membuat jaringan jalan yang nantinya digunakan sebagai sarana pengangkutan bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya. Jenis-jenis jalan yang harus tersedia pada perkebunan kelapa sawit antara lain ;

a). Jalan skunder / jalan produksi ; merupakan jalan transportasi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi (pengumpul buah sawit).
b). Jalan koleksi ; yaitu jalan yang berada di dalam blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai jalan untuk mengumpulkan buah kelapa sawit yang telah dipanen.
c). Jalan panen ; yaitu jalan yang digunakan untuk tukang panen mengangukut buah dari setiap pohon kelapa sawit ke tempat pengumpulan hasil.
d). Jalan utama ; yaitu jalan pengumpulan utama dimana digunakan sebagai jalan mobil pengangkut buah kelapa sawit.

5. Pembuatan/Perbaikan Drainase

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang sangat membutuhkan air namun bukan berarti tahan terhadap genangan air. Oleh sebab itu parit drainase sangat penting terutama pada lahan gambut.

Sebelum proses penanaman bibit kelapa sawit parit drainase dibuat terlebih dahulu supata tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik.

6. Menentukan Pola Tanam Kelapa Sawit

Pola tanam kelapa sawit dapat diterapkan secara monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanam monokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah dilakukan segera setelah persiapan lahan selesai, atau selambatnya setelah penanaman bibit kelapa sawit. Tanaman penutup tanah (legume cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit berfungsi untuk menekan pertumbuhan rumput liar (gulma) dan dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, serta mempertahankan kelembaban tanah.

Sedangkan pada pola tanam tumpangsari diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami berbagai macam tanaman, misalnya ubi kayu, jagung, padi, cabai, semangka atau jenis tanaman sayuran lainnya. Pola tanam tumpangsari dapat memberikan keuntungan ganda, sebab sambil merawat tanaman kelapa sawit petani juga memperoleh hasil lain dari tanaman sampingan.

7. Pengajiran (Pancang)

Pengajiran atau pemancangan adalah penentuan tempat/titik yang akan ditanaman bibit kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Pengajiran biasanya ditandai dengan menggunakan kayu atau bambu. Sistem jarak penanaman kelapa sawit yang umum digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9m x 9m x 9cm. Pada sistem ini pada arah utara – selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak setiap tanaman adalah 9 m. Jika menggunakan sistem dan jarak tanam tersebut maka kebutuhan bibit kelapa sawit dalam satu hektar sebanyak 143 pohon.

8. Pembuatan Lubang Tanam

Setelah pengajiran dan penentuan jarak tanam selesai, selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat tepat pada ajir/pancang yang telah dipasang dengan posisi ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Ukuran lubang tanam kelapa sawit yaitu 50 x 40 x 40 cm atau kedalaman lubang tanam disesuaikan dengan tinggi polybag bibit di tambah 5-10 cm supaya ketika ditanam media tertutup oleh tanah. Kemudian ditabur kapur dolomit dan kieserit atau pupuk rock phosphat dengan dosis disesuaikan kebutuhan. Kemudian dibiarkan selama 7 – 10 hari.

9. Cara dan Waktu Menanam BIBIT KELAPA SAWIT yang Baik

Waktu penanaman bibit kelapa sawit yang baik adalah diawal musim hujan. Dengan demikian ketika musim hujan berakhir akar tanaman kelapa sawit sudah cukup kuat dan lebih tahan terhadap kekeringan. Berikut tahapan cara menanam bibit kelapa sawit ;

a). Sehari sebelum penanaman bibit kelapa sawit disiram agar persediaan air didalam media semai cukup.
b). Bibit diangkut kelahan dan diletakkan masing-masing di tepi lubang tanam.
c). Buka polybag semai dengan hati-hati agar media tidak pecah/rusak.
d). Masukkan bibit kelapa sawit ke dalam lubang tanam kemudian ditimbun dengan tanah galian bagian atas.
e). Tanah dipadatkan agar bibit berdiri tegak dan tidak mudah roboh.

10. Cara Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit setelah proses penanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah (kacang-kacangan), membuat bokoran (piringan), pemupukan dan pemangkasan pelepah daun.

a). Penyulaman, yaitu mengganti tanaman kelapa sawit yang tumbuh kurang baik, rusak oleh hama atau mati. Penyulaman dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan untuk penyulaman hendaknya berumur sama dengan tanaman yang disulam.

b). Penanaman kacang-kacangan (tanaman penutup tanah), jenis-jenis kacang-kacangan yang sering ditanam di perkebunan kelapa sawit antara lain Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Penanaman kacang-kacangan sebaiknya dilakukan segera setelah persiapan lahan selesai.

c). Membuat bokoran (piringan), yaitu membersihkan areal sekitar tanaman kelapa sawit dari gulma. Bentuk piringan mengelilingi batang tanaman dengan diameter 2 – 3 meter.

d). Pemangkasan Daun/Pelepah

Pemangkasan daun dilakukan sesuai dengan umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Pemangkasan daun bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dan memudahkan pemanenan. Terdapat 2 macam pemangkasan dalam budidaya kelapa sawit yaitu sebagai berikut ;

> Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan pada tanaman muda (umur 16-20 bulan). Pemangkasan pasir dilaksanakan dengan membuang daun yang kering dan buah-buah pertama yang busuk.
> Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan pada tanaman kelapa sawit yang mulai berbuah (umur 20-28 bulan). Pemangkasan produksi dilaksanakan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun kelapa sawit yang dipangkas yaitu daun yang menumpuk satu sama lain (songgo dua) serta membuang buah kelapa sawit yang busuk.
> Pemangkasan pemeliharaan, yaitu pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman kelapa sawit berproduksi. Pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan adalah membuang daun yang menumpuk (songgo dua) sehingga setiap tanaman hanya terdapat 28-54 helai daun.

11. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

Jenis-jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit yaitu Urea, TSP/SP 36, KCl, Kiserit dan Borax. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman. Jadwal pemupukan tanaman kelapa sawit yaitu 2 kali dalam setahun. Pemupukan pertama dilakukan pada awal musim hujan (september-oktober) dan pemupukan kedua dilakukan pada akhir musim hujan (maret-april).

12. Pengendalian Gulma di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Agar tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik dan tidak terganggu oleh tumbuhan liar perlu dilakukan pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan antara tumbuhan liar dengan tanaman kelapa sawit dalam mendapatkan nutrisi, air dan cahaya matahari. Pengendalian gulma dilakukan pada piringan dan gulma yang tumbuh diantara tanaman kacang-kacangan.

13. Pengendalian Hama dan Penyakit Kelapa Sawit

OPT yang sering menyerang tanaman kelapa sawit antara lain serangga (insekta), jamur, virus dan bakteri. Jenis-jenis hama tanaman kelapa sawit antara lain tungau, ulat setora, nematoda, kumbang, penggerek tandan buah, ulat api. Sedangkan jenis-jenis penyakit tanaman kelapa sawit yaitu penyakit root blast, garis kuning, dry basal root, bud rot. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida atau bakterisida.

14. Panen Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2,5 tahun. Buah masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Buah yang dapat dipanen adalah buah yang telah matang panen. Ciri-ciri buah kelapa sawit matang yang sudah bisa dipanen adalah sedikitnya ada 5 buah yang jatuh dari tandan (brondolan). Panen kelapa sawit dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Demikian tentang “Cara Budidaya KELAPA SAWIT” Semoga bermanfaat….

Salam mitalom !!!