Panduan Lengkap BUDIDAYA PADI Hasil Maksimal dari Awal Hingga Paska Panen

Cara Budidaya PADI SAWAH

Penanaman PADI SAWAH (Foto by : Nurhadiyati)

Budidaya Tanaman Pangan – Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan paling penting didunia. Padi dalam bahasa latin disebut Oryza sativa L. adalah salah satu tanaman budidaya yang sangat vital di Indonesia. Meskipun produksi padi dunia berada pada urutan ketiga setelah jagung dan gandum, namun padi merupakan makanan pokok sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar masyarakat dunia. Di Indonesia sendiri padi menempati urutan pertama sebagai bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat. Namun sayangnya sampai saat ini produksi padi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat kita, dengan kata lain Indonesia belum mampu berswasembada padi. Sebagai negara agraris dengan lahan sawah yang luas, semestinya produksi padi di Indonesia melimpah. Minimal untuk kebutuhan didalam negeri. Namun kenyataannya sangat ironis, kita sampai sekarang masih mengimpor beras dan lebih parahnya lagi Indonesia adalah pengimpor beras terbesar di dunia.

Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Tiongkok (28% dari total produksi dunia), India (21%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.(wikipedia)

Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) mencanangkan peningkatan produksi beras sebesar 5 %. Hal ini bisa ditempuh dengan berbagai cara yakni dengan perluasan areal penanaman padi dan dengan intensifikasi. Intensifikasi bisa ditempuh dengan penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu)” yang diawali dengan pemilihan benih, cara persemaian dan cara tanam yang baru karena mengubah kebiasaan petani, dengan komponen PTT yaitu menggunakan varietas unggul baru/varietas hibrida( benih berkualitas) dan umur bibit muda, bagan warna daun, pengendailan HPT secara terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian menjadi pelaksana langsung di lapangan untuk membantu memperkenalkan beberapa varietas unggul baru dan mendampingi petani dalam menerapkan PTT. Adapun tujuan penerapan PTT untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan.

Mengetahui dan memahami pemilihan benih, penyiapan persemaian, pengolahan tanah,, cara semai, cara tanam padi sawah akan mendapatkan tanaman yang sehat, produktivitas yang tinggi dengan masukan biaya yang rendah. Tanaman yang sehat merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi agar produktivitas tinggi. Untuk itu maka sejak awal, tanaman padi harus di perlakukan sebaik mungkin agar air, hara dalam tanah yang tersedia dapat di manfaatkan semaksimal mungkin.

A. Cara Memilih Benih Padi Yang Baik

Benih bermutu merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Saat ini dapat diperoleh berbagai varietas unggul yang memiliki karakteristik sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. Varietas unggul mempunyai keunggulan sepeti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan. Dengan menggunakan benih bermutu/varietas unggul akan diperoleh bibit sehat, tegar (vigor tinggi) dengan perakaran banyak, bibit lebih cepat tumbuh dan bibit tumbuh seragam. Cara memilih benih yang baik dimana benih direndam dalam larutan ZA 20 gr/liter air, kemudian benih yang mengambang/mengapung dibuang. Dan benih yang tenggelam adalah benih yang baik untuk dibudidayakan.

B. Persiapan Persemaian dan Cara Menyemai Benih Padi

Persemaian Bibit Padi

1. Buat bedengan dengan lebar 1,0 -1,2 m dan panjang disesuaikan dengan keperluan.

2. Luas persemaian untuk 1 hektar lahan adalah 400m2 (4 % dari luas tanam), dan drainase harus baik.

3. Tambahkan 2 kg bahan organik seperti kompos, pupuk kandang, serbuk kayu dan sekam yang sudah melapuk/abu).

4. Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati.

5. Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20 Kg.

6. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya.

7. Bedengan persemaian dibuat seluas 100 m2/20 Kg. lahan untuk persemaian ini sebelumnya harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan tanah.

8. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak-petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air.

9. Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati dan
merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan.

10. Benih tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah.

11. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu 2,5Kg Urea, 2,5Kg SP36 dan 1Kg KCL.

C. Cara Pengolahan Tanah Untuk Persiapan Lahan BUDIDAYA PADI Sawah

Pengolahan lahan padi (Foto by : Asrul arul)

Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pembersihan

Pematang sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama pematang disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah. Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar. Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul

b. Pencangkulan

Setelah dilakukan perbaikan pematang dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan
tanah.

c. Pembajakan

Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam.

Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan–bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi pematang yang berguna untuk memperlancar air irigasi.

D. Pelaksanaan Penanaman Bibit PADI SAWAH

Penanaman BIBIT PADI (Foto by : Nurhadiyati)

Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit dianjurkan untuk ditanam semuda mungkin, biasanya dipindah saat umur 20 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam. Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.

Bibit ditanam cukup satu bibit per lubang tanam, dengan posisi tegak dan apabila petani masih belum terbiasa dengan menanam satu bibit, pada tahap awal dapat menanam 2-3 bibit per lubang tanam, dengan kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang hanyut. Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, Jarak tanam padi model tegel biasanya 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm. Model sistem tanam jajar legowo juga sudah banyak diterapkan yaitu legowo 2 : 1 (40 x 20 x 10 cm) adalah cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 bari kosong. Jarak antar baris tanaman yang dikosongkan di sebut satu unit.

E. Cara PEMUPUKAN PADI Sawah

Tanah yang dibudidayakan secara terus menerus cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Agar efektif dan efisien penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).

Cara menentukan waktu aplikasi pupuk N dengan menggunakan BWD dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :

1. Cara pertama adalah waktu tetap, yaitu waktu pemupukan di tetapkan lebih dahulu berdasarkan tahap
pertumbuhan tanaman, antara lain fase pada saat anakan akif dan pembentukan malai dan saat primordia

2. Cara kedua adalah waku pemberian pupuk berdasarkan nilai pembacaan BWD yang sebenarnya yaitu penggunaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST, kemudian secara periodik diulangi 7-10 hari sekali sampai diketahui nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan.

F. Perawatan dan Pemeliharaan PADI SAWAH

Perawatan dan pemeliharaan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan budidaya padi sawah. Hal-hal yang sering dilakukan oleh para petani adalah penyiangan (pengendalian gulma). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang hidup bersama tanaman yang dibudidayakan dan pada umumnya sangat merugikan tanaman padi . Disamping dapat menjadi tanaman inang beberapa hama dan penyebab penyakit, gulma merupakan pesaing untuk unsur hara air, tempat dan sinar matahari. Apalagi gulma memiliki sistem perakaran yang sama dengan padi sehingga unsur makanan yang diperlukan oleh gulma dan padi berasal dari lapisan tanah yang sama. Penyiangan gulma dilakukan 2 tahap, dimana tahap pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 15 hari dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur 30-35 hari. Penyiangan yang dilakukan dengan cara mencabut gulma dan dimatikan dengan atau tanpa menggunakan alat, biasanya penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan dengan kegiatan penyulaman.

G. Tanda-tanda Padi Siap Panen dan Cara Panen Padi

Padi siap panen (Foto by : Alief Adja)

Tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat. Cara panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif, sedang saat panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas dari gabah maupun beras.

1. Ciri-ciri Padi Siap Panen ;

> Daun bendera telah mengering dan 95% gabah sudah menguning
> Umur optimal malai 30 – 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB). Tergantung varietas yang dibudidayakan
> Kadar air gabah berkisar antara 21 – 26%
> Kerontokan gabah sekitar 16 – 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai dengan tangan)

2. Peralatan Panen Padi

Ada beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam memanen padi, antara lain sebagai berikut :
> Ani-ani
> Sabit biasa
> Sabit bergerigi
> Mesin pemanen padi seperti Reaper
> Karung goni/ sak
> Tali

3. Cara Panen Padi

Cara panen padi (Foto by : Nurhadiyati)

Dalam melakukan pemanenan padi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari alat yang digunakan, varietas padi dan cara merontokkan gabah yang akan dilakukan. Berikut ini beberapa cara dalam memanen padi;

> Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya.
> Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya.
> Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher
> Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan perontokannya menggunakan mesin perontok.

H. Paska Panen Padi

Padi setelah dilakukan pemanenen segera dilakukan pengumpulan ke suatu tempat yang dekat dengan alat perontokan. Ditempat pengumpulan diberi alas dengan menggunakan terpal dengan tujuan untuk menekan kehilangan hasil. Perontokan padi merupakan tahapan pasca panen padi setelah pemotongan atau memanen. Tujuan tahapan ini adalah melepaskan bulir-bulir gabah dari malainya. Pada saat dilakukan perontokan gabah ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :

> Pelaksanaan perontokan harus dilakukan sesegera mungkin setelah panen.
> Untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer sebaiknya digunakan alas, untuk alas dapat dipakai plastic, terpal, anyaman bambu atau tikar.

Perontokan gabah menggunakan mesin perontok (Foto by : Nurhadiyati)

Setelah padi dipanen gabah harus segera dirontokkan malainya. Tempat perontokan dapat dilakukan di lahan atau di halaman rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau dengan alat mesin. Perontokan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen yang memberikan kontribusi cukup berarti bagi kehilangan hasil dan mutu padi secara keseluruhan, untuk itu diperlukan suatu usaha mencari alternative perontokan yang tepat sehingga hasil perontokan padi menghasilkan gabah bermutu dan kehilangan hasil yang kecil.

1. Cara Perontokan Gabah

Perontokan padi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin. Cara perontokan padi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

> diiles/diinjak,
> pukul (gedig),
> banting (gebot),
> pedal tresher/ mesin perontok/power tresher

2. Pembersihan Gabah

Pembersihan adalah proses pemisahan padi atau gabah dari benda asing atau kotoran lainnya yang akan merusak benih/gabah saat disimpan. Maksud dan tujuan dari pembersihan gabah/padi adalah sebagai berikut ;

> Mempercepat waktu pengeringan
> Memperkecil biaya pengeringan
> Menghindari memburuknya atau kerusakan gabah selama penyimpanan
> Menghindari bahan dari kerusakan conveying dan penggilingan
> Menghindari bahan dari penurunan grade
> Memperkecil kebutuhan ruang dan tempat penyimpanan

3. Pengeringan Gabah

Pengeringan / penjemuran gabah (Foto by : Nurhadiyati)

Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen berkisar antara 20 – 25 %, sehingga perlu diturunkan kadar airnya dengan cara pengeringan sampai gabah mencapai kadar air maksimum 14 %. Tujuan pengeringan adalah agar gabah tidak mudah rusak sewaktu disimpan, rendeman giling dan mutu tetap baik. Untuk mencapai tujuan tersebut sebaiknya pengeringan dilakukan segera setelah pemanenan dan perontokan untuk mencegah butir kuning. Pengeringan gabah umumnya dilakukan dengan memanfaatkan panas sinar matahari, tetapi jika panen terjadi musim hujan disarankan menggunakan alat pengering buatan seperti mesin pengering (drayer) atau silo pengering.

Sebelum melakukan penjemuran dengan sinar matahari perlu diperhatikan bahwa tempat penjemuran bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

> Penjemuran dilakukan ditempat yang leluasa menerima sinar matahari, bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya.
> Membuat lantai jemur dengan permukaan dari semen dan dibuat gelombang.
> Jika terjadi cuaca cerah penjemuran gabah sebaiknya dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dibolak balik 1 – 2 jam sekali dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau bambu. Bila menggunakan alas jemur, jangan menggunakan terpal berbahan plastik karena dapat mempengaruhi peningkatan kadar air.
> Waktu penjemuran dianjurkan mulai pukul 08.00 pagi sampai jam 16.00
> Jika pengeringan gabah dalam jumlah besar maka pada malam hari tetap dibiarkan diatas jemuran dengan cara digundukkan dan ditutupi dengan plastic, terpal, untuk menghindari hujan dan embun. Jika gabah-gabah yang dikeringkan dalam jumlah kecil, sebaiknya gabah diusahakan dalam ruangan dengan memakai alas tikar atau plastic.

Setelah dijemur selesai (pukul 16.00) gabah dapat dimasukkan ke karung dan disimpan dalam ruangan jika volumenya tidak banyak. Namun jika volumenya besar gabah dapat dibiarkan di luar, tetapi harus ditumpuk dan ditutupi dengan plastic agar tidak terkena embun dan hujan. Dengan cara penjemuran seperti ini selama 2 – 3 hari pada cuaca baik akan diperoleh gabah dengan kadar air kurang lebih 14 %. Penjemuran yang terlalu lama dapat berakibat gabah banyak yang pecah saat penggilingan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan, antara lain sebagai berikut ;

> Pengeringan dilakukan sesegera mungkin setelah perontokan
> Tempat pengeringan harus memperoleh penyinaran matahari serta bebas dari gangguan ayam atau unggas lainnya.
> Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, gabah dapat dipanaskan pada ruangan di dalam rumah. Untuk menggantikan panas dapat digunakan lampu petromaks atau sumber panas yang lain. Tebal hamparannya antara 2 – 3 cm dan pembalikan juga harus tetap dilakukan

4. Penyimpanan Gabah Kering

Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penyediaan bahan pangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah sebagai berikut :

> Gabah yang disimpan dengan kadar air maksimum 14 % bersih dari kotoran, gabah hampa maksimal 3 %.
> Menggunakan wadah karung yang bersih dan bebas hama.
> Gudang atau lumbung penyimpanan diusahakan agar dibangun memanjang dari arah timur barat. Untuk menghindari luasnya dinding yang terkena sinar matahari terlalu lama, sehingga gudang cukup sejuk.
> Gudang atau lumbung harus dibersihkan dari hama gudang dan disemprot dengan insektisida yang telah dianjurkan, termasuk dari serangan tikus.
> Sirkulasi udara cukup baik guna menjaga kelembaban dan suhu yang seragam.
> Jika lantai gudang dibuat dari semen, maka harus menggunakan alas kayu, guna menghindari kontak langsung antara wadah gabah dengan lantai semen.
> Dinding gudang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari hama bersembunyi

Demikian “Panduan Lengkap BUDIDAYA PADI Sawah Untuk Menghasilkan Gabah Berkualitas“. Semoga bermanfaat…

Salam mitalom !!!