Karakteristik TANAH MASAM dan Cara Menaikkan pH Tanah Masam

Sifat Tanah Masam dan Cara Mengatasinya

Karakteristik TANAH MASAM dan Cara Menaikkan pH Tanah Masam
Mengenal karakteristik tanah masam (Foto : pertanianselangor.wordpress.com)

ArtikelApa itu tanah masam? Secara umum pengertian tanah masam atau definisi tanah masam adalah tanah yang memiliki pH rendah, yaitu pH kurang dari 6,5. Nilai pH menunjukkan jumlah konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah. Semakin tinggi kadar ion hidrogen didalam tanah maka semakin rendah nilai pH tanah tersebut dan tanah semakin masam.  Di Indonesia umumnya tanah bereaksi masam dengan nilai pH rata-rata 4,0 – 5,5. Tanah yang bereaksi masam seringkali menjadi penyebab utama menurunnya produktifitas berbagai jenis tanaman. Tanah masam tersebar luas di Indonesia, yaitu pada tanah gambut dan rawa-rawa yang terdapat di berbagai daerah seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Papua dan sebagian Pulau Jawa. Pada daerah-daerah tersebut curah hujan sangat tinggi dan banyak terkandung bahan-bahan organik. Kita seringkali menganggap bahwa tanah yang ber pH 6,0 – 6,5 cukup netral walaupun sebenarnya masih agak asam. Pada rentang pH tersebut masih bisa ditolelir oleh sebagian besar tanaman. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan  tanh yang sangat masam dengan pH kurang dari 3,0. Tanah tersebut sangat masam karena kandungan asam sulfat yang sangat tinggi.

A.    Karakteristik dan Sifat Tanah Masam

Karakteristik tanah masam yang ekstrim menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan merana. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keracunan unsur tertentu dan tidak tersedianya beberapa unsur hara. Secara umum karakteristik dan sifat-sifat tanah masam dapat dicirikan sebagai berikut ;

a).    tanah ber-pH kurang dari 6,5
b).    kapasitas penyangga basa sangat besar
c).    daya simpan air sangat tinggi
d).    daya isap air tinggi
e).    ada keracunan unsur Al, Mn dan Fe pada tanaman
f).    kandungan N, P, K, Ca, Mo dan Mg sangat rendah
g).    pengikatan unsur N dan kegiatan mikroba menurun
h).    mg dan kapur dapat bertukar rendah
i).    dapat disertai kekurangan unsur Cu dan S

B.    Penyebab Tanah Masam

Penyebab tanah ber-pH rendah dan bereaksi masam adalah kurang tersedianya unsur Kalsium (CaO) dan unsur Magnesium (MgO). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut ;

a).    Dekomposisi bahan organik

Tanah gambut selalu ber-pH rendah dan bereaksi masam, hal ini karena tanah gambut mengandung bahan organik sangat tinggi. Sehingga aktifitas dekomposisi bahan organik juga tinggi, dimana dalam proses tersebut selalu diiringi dengan hilangnya unsur Kalsium (CaO) yang ada didalam tanah.

b).    Kelebihan unsur Al, Fe dan Cu

Unsur Aluminium (Al), Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan tanah bereaksi masam. Di daerah-daerah yang banyak mengandung unsur-unsur tersebut selalu dijumpai tanah masam, seperti daerah pertambangan nikel, besi dan tembaga.

c).    Curah hujan yang tinggi

Pada daerah-daerah yang curah hujannya sangat tinggi tanah selalu bereaksi masam. Tingginya curah hujan dapat
mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara didalam tanah sehingga secara alami tanah akan menjadi masam.

d).    Drainase yang kurang baik

Air yang selalu menggenang karena sistem drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan tanah menjadi masam pada tanah rawa.

e).    Pupuk pembentuk asam

Penggunaan pupuk pembentuk asam secara berlebihan dan terus-menerus dapat menyebabkan pH tanah menurun dan bereaksi masam. Beberapa jenis pupuk nitrogen seperti ZA, Urea, ZK, Amonium Sulfat dan Kcl berpengaruh terhadap menurunnya pH tanah.

C.    Dampak Rendahnya pH Tanah dan Akibat dari Tanah Masam

Tumbuhan atau tanaman sebagian besar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal pada tanah yang ber-Ph netral. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang mampu hidup normal pada tanah masam. Senyawa pirit (ferit) merupakan sumber masalah pada tanah dengan pH rendah (Mensvoort dan Dent, 1998). Jika tanah masam dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk senyawa feri hidroksida (Fe(OH)3 sulfat SO42- dan ion hidrogen H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+ dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Al dan Fe mengikat Fosfat dalam bentuk aluminium fosfat atau besi fosfat sehingga ketersediaan fosfat didalam tanah berkurang. Menurut Putu dan Widjaya-Adhi (1990), bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah.

Akibat tanah masam dan dampak dari pH tanah yang rendah antara lain sebagai berikut ;

a).    Menyebabkan penurunan ketersediaan unsur hara bagi tanaman,
b).    Meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah,
c).    Penurunan produktifitas tanaman,
d).    Mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti iksasi nitrogen oleh Rhizobium.

D.    Cara Mengatasi dan Menetralkan pH Tanah Masam

Pada prinsipnya ada tiga kelompok cara penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian gulma di tingkat masyarakat, yaitu cara kimia, cara fisik-mekanik dan cara biologi. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam praktek ketiga cara tersebut seringkali diterapkan secara bersama-sama. Cara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya yang sudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.

a.    Pengapuran

Pengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanah masam dengan tujuan untuk:

a).    Menaikkan pH tanah

Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat dari pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa waktu berselang.

b).    Meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation)

KTK meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah. Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap,
karena sistem penyangga pH tanah tersebut di atas.

c).    Menetralkan Al yang meracuni tanaman

Karena unsur Ca bersifat tidak mudah bergerak, maka kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karena dibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara yang lain.

Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yang tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan tanaman menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada tanah tersebut.

b.    Penambahan Unsur Hara / Pemupukan

Pemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah kahat hara, namun bila kurang memperhatikan kaidah-kaidah pemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. Pada saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap atau tercuci  sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation, akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah). Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.

Supaya tujuan yang ingin dicapai melalui pemupukan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:

a).    Waktu pemberian pupuk

Waktu pemberian pupuk harus diperhitungkan supaya pada saat pupuk diberikan bertepatan dengan saat tanaman membutuhkannya, yang dikenal dengan istilah sinkronisasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak banyak unsur hara yang hilang tercuci oleh aliran air, mengingat intensitas dan curah hujan di kawasan ini sangat tinggi. Waktu pemberian pupuk yang tepat bervariasi untuk berbagai jenis pupuk dan jenis tanamannya. Pemupukan N untuk tanaman semusim sebaiknya diberikan paling tidak dua kali, yaitu pada saat tanam dan pada saat pertumbuhan maksimum (sekitar 1-2 bulan setelah tanam). Sementara pupuk P dan K bisa diberikan sekali saja yaitu pada saat tanam.

b).    Penempatan pupuk

Penempatan pupuk harus diusahakan berada dalam daerah aktivitas akar, agar pupuk dapat diserap oleh akar
tanaman secara efektif. Kesesuaian letak pupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah sinlokalisasi.

c).    Dosis pupuk

Jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, supaya pupuk yang diberikan tidak banyak yang hilang percuma sehingga dapat menekan biaya produksi serta menghindari terjadinya polusi dan keracunan bagi tanaman. Walaupun pemupukan merupakan cara yang mudah dan cepat untuk mengatasi permasalahan kahat (defisiensi) hara, namun terdapat beberapa kelemahan dari cara ini yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program pemupukan.

Beberapa kelemahan dari pengelolaan tanah secara kimia adalah:

>    Pemupukan membutuhkan biaya tinggi karena harga pupuk mahal
>    Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, bahkan cenderung
mengasamkan tanah.
>    Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan

c.    Penyemprotan Herbisida

Tumbuhan pengganggu atau gulma yang tumbuh dalam lahan yang ditanami menyebabkan kerugian karena mengambil unsur hara dan air yang seharusnya dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu keberadaan dan pertumbuhan gulma harus ditekan. Cara kimia juga dipergunakan untuk menekan pertumbuhan gulma yang banyak ditemukan pada tanah masam seperti alang-alang, yakni dengan memakai herbisida. Pemakaian herbisida harus dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya, demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahaya keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta pencemaran lingkungan.

d.    Pemberian Mikrorganisme Pengurai

Terdapatnya bahan organik yang belum terurai juga akan menyumbangkan tingkat keasaman tanah, pristiwa ini sering terlihat pada tanah-tanah sawah yang terlalu cepat pengerjaannya. Pemberian mikroorganisme pengurai akan mempercepat dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga akan membantu ketersediaan dan keseimbangan unsur hara. Selain itu perombakan bahan organik juga akan menyeimbangkan KTK tanah.

e.    Pemberian Pupuk Phospat

Kekahatan P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah masam. Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburantanah dan meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya menggunakan pupuk P yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut mudah larut dalam air sehingga sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan Fe yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Fosfat alam dengan kandungan Ca setara CaO yang cukup tinggi (>40%) umumnya mempunyai reaktivitas tinggi sehingga sesuai digunakan pada tanah-tanah masam. Sebaliknya, fosfat alam dengan kandungan sesquioksida tinggi (Al2O3 dan Fe2O3) tinggi kurang sesuai digunakan pada tanah-tanah masam.

Demikian tentang “Tanah Masam dan Cara Mengatasinya” Semoga bermanfaat….

Sumber :
1).    www.pekalongankab.go.id/cara menangani masalah tanah masam/
2).    www.gerbangpertanian.com/menangani tanah masam dan basa/
3).    Kuswandi, 1993 “Pengapuran Tanah Pertanian”. Kanisius, Yogyakarta

Salam mitalom !!!