Cara Mempercepat Dekomposisi dan Pengomposan Limbah Kulit Jarak

Pupuk Organik Limbah KULIT JARAK

Limbah Kulit Jarak

Artikel – Alam telah menyediakan semua yang dibutuhkan makhluk hidup, baik manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Termasuk kebutuhan manusi dan tanaman akan pupuk, yaitu material yang digunakan untuk menyuburkan tanaman. Seperti kita ketahui bahwa pupuk kimia memang cukup praktis dan mudah didapatkan, akan tetapi penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk menghindari kerusakan lingkungan akibat upuk kimia, kita bisa menggunakan alternatif lain sebagai penggantinya, yaitu pupuk alam atau pupuk organik.

Bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik banyak tersedia disekitar kita yang biasanya berupa limbah organik yang tidak terpakai. Daripada dibuang begitu saja akan lebih baik jika limbah organik kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman. Banyak sekali jenis-jenis limbah yang bisa digunakan sebagai pupuk, misalnya limbah pertanian yang berupa rumput dan dedaunan tanaman, kotoran hewan ternak, limbah buah-buahan, serta limbah agroindustri. Salah satu limbah pertanian yang baik untuk dijadikan pupuk adalah limbah kulit jarak pagar.

Buah jarak pagar (Jatropha Curcas L) terdiri atas kulit luar (71%) sedang bagian biji sebanyak 29%. Bagian dari biji terdiri atas cangkang (36,5-44,9%) dan inti biji (kernel) 58,0-65,7% (Makkar et al., 1998, Martinez-Herrera et al., 2006).Biomassa bahan organik tersebut berpotensi sebagai pupuk organik untuk peningkatan produktivitas tanah.Jika produktivitas biji jarak pagar adalah 6 ton/ha/th, maka akan diperoleh biomass kulit buah dan cangkang sebanyak 14,68 ton/ha/tahun.

75%LJP+25%KS,tanpa inokulasi

Bahan organik tersebut tidak dapat digunakan secara langsung untuk memupuk, karena C/N rasio masih tinggi (> 35%). Untuk mempercepat penurunan C/N rasio dapat dilakukan melalui proses pengomposan dengan bantuan mikroba pendekomposisi bahan organik (dekomposer). Berbagai mikroba dari kelompok bakteri dan fungi telah dimanfaatkan sebagai dekomposer diantaranya Trichoderma sp, Aspergillus sp, Trametes sp, Bacillus sp. Kemampuan dekomposer dalam mendekomposisi bahan organik berbeda-beda tergantung dari kemampuan mikroba dalam mengurai sellulose dan lignin.

Bahan organik umumnya terdiri atas senyawa selulosa dan lignin yang dikenal dengan istilah lignoselulose. Selulosa dan lignin adalah polimer alami dan terhadap degradasi, atau tidak terdegradasi dengan cepat di lingkungan.Kulit buah jarak pagar mempunyai kandungan lignin yang cukup tinggi sehingga untuk mempercepat pengomposan perlu diberikan mikroba dekomposer. Salah satu indikasi kematangan kompos adalah terjadinya perubahan warna dan turunnya C/N rasio. Jika C/N rasio telah mencapai <25 bahan organik dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik. Biodekomposer telah beredar di pasaran, formulanya mengandung lebih dari satu jenis mikroba, dan dikemas dengan berbagai macam bahan pembawa baik dalam bentuk cair maupun tepung.Mikroba yang mampu merombak berasal dari kelompok bakteri, Actinomycetes dan fungi diantaranya : Trichoderma sp, Cytophaga sp, Aspergillus sp, Trametes sp, Bacillus sp, Lactobacillus sp. Dalam meningkatkan efektivitas kinerja fungi dan bakteri dalam merombak bahan organik, maka di dalam memformulasi dapat dicampur dua atau lebih mikroba, dengan syarat tidak bersifat antagonis antar mikroba. Pemberian pupuk kandang sebanyak 25% terbukti dapat mempercepat dekomposisi limbah kulit jarak pagar.

Kandungan hara N dan P pada pengomposan limbah kulit jarak pagar dengan berbagai formula mikroba mikroba dekomposer pada 3 minggu setelah pengomposan (MSP) secara umum mengalami peningkatan dibandingkan tanpa inokulasi dekomposer, sebaliknya kandungan hara K menurun.Selama proses pengomposan terjadi peningkatan suhu, pengomposan dapat dianggap selesai jika suhu kompos telah turun dan telah terjadi perubahan warna menjadi gelap, hasil pengukuran secara kimiawi telah menunjukkan penurunan C/N rasio.

75% LJP+25%KS, inokulasi Trichoderma lactae Strain TB1+Bacillus panteketkus strain J2

Kompos yang telah matang dan siap digunakan apabila C/N rasio < 25. Pada penelitian ini suhu maksimal dicapai pada suhu 54oC, pengomposan diakhiri setelah 3 minggu dengan suhu kompos antara 30-35oC pengomposan dan suhu maksimal tercapai pada suhu 54oC Sehingga minggu ke 3 pengomposan telah dihentikan. Terjadi peningkatan kandungan N dan P pada bahan limbah kulit jarak pagar yang dikomposkan. Hara N dan P tertinggi diperoleh pada perlakuan dekomposer dengan formula mikroba Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp. dengan limbah yang dicampur dengan kotoran sapi 25%, yaitu sebesar 1,77 % N dan 0,25% P. Kadar N dan P terendah pada pengomposan limbah kulit buah jarak pagar 100% tanpa inokulasi dekomposer, yaitu 1,27 % N dan 0,11 % P. Formula mikroba yang terdiri atas kombinasi antara T. pseudokoningii + Cytophaga sp, Trichoderma lactae Strain TB1 + Bacillus panteketkus strain J2, Actinomycetes + Streptomyces sp + Lactobacillus sp, diduga mempunyai sinergisme yang baik dalam proses pengomposan terutama dalam efisiensi penggunaan N dan P sebagai sumber energi. Dengan adanya tambahan kotoran sapi sebesar 25% maka formula mikroba tersebut menunjukkan proses dekomposisi paling cepat dibanding formula lainnya.

Pengomposan limbah jarak pagar 100%, pada proses pengomposan 3 minggu nilai C/N rasio masih menunjukkan > 25, namun penggunaan formula mikroba dekomposer untuk pengomposan menunjukkan terjadinya proses peruraian bahan organik yang lebih cepat dibandingkan tanpa inokulasi (sumber : litbang.pertanian.go.id)

Demikian “Cara Percepatan Pengomposan Limbah KULIT JARAK” Semoga bermanfaat….

Salam mitalom !!!