Penyebab, Gejala dan dan Cara Tepat Pengendalian ANTRAKNOSA pada Batang, Buah dan Daun Pepaya

Penyebab, Gejala dan Pengendalian ANTRAKNOSA pada Pepaya

Hama dan Penyakit Tanaman – Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang banyak diusahakan di Indonesia. Sifatnya yang dapat tumbuh di berbagai tempat, baik di dataran rendah, menengah sampai dataran tinggi membuat tanaman pepaya banyak dibudidayakan masyarakat. Harga buah pepaya yang terjangkau dan kandugan nutrisinya yang tinggi, maka pepaya banyak disukai konsumen sebagai buah segar. Hal ini menunjukkan potensi pasar buah pepaya masih luas dan peluang bisnis usaha budidaya pepaya masih terbuka lebar.

Pun demikian, dalam usaha budidaya tanaman pepaya tidak selalu mulus tanpa hambatan. Seringkali petani pepaya mengalami kerugian akibat produksi buah pepaya yang diusahakan sedikit, kualitas hasil panen buruk bahkan gagal panen. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seprti kekurangan usnusr hara, teknik budidaya yang tidak benar atau serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Diantara 3 faktor tersebut, serangan OPT merupakan faktor utama penyebab menurunnya kualitas maupun kuantitas buah pepaya. Salah satunya adalah akibat serangan penyakit antraknosa.

Penyebab Penyakit Antraknosa pada Pepaya

Penyakit ANTRAKNOSA pada tanaman pepaya merupakan salah satu penyakit utama penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas buah pepaya. Penyakit antraknosa pada tanaman pepaya disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporiodes. Di Indonesia, penyakit ini sudah sejak lama diketahui sebagai penyakit utama tanaman pepaya. Serangan penyakit antraknosa terutama dijumpai di daerah dengan curah hujan relatif tinggi.

Kondisi iklim kondusif berperan serta dalam mendukung perkembangan panyakit antraknosa sehingga serangan menjadi semakin parah, dan dapat menimbulkan gejala serangan yang berbeda dari gejala pada umumnya. Pada tanaman pepaya, antraknosa dapat menyerang bibit pepaya, batang, buah dan daun.

Jamur Colletorichum gloeosporioides memiliki bentuk sempurna dengan nama Glomerella cingulata. Bentuk sempurna dari cendawan merupakan fase kehidupan cendawan yang diperoleh dengan perkawinan sehingga mempunyai keragaman genetik yang tinggi. Adanya bentuk sempurna ini menyebabkan cendawan patogen lebih cepat berkembang menjadi resisten terhadap fungisida dan cepat mematahkan ketahanan tanaman. Selain itu bentuk sempurna dapat berfungsi sebagai cara untuk bertahan karena mempunyai struktur khusus (kleistotesium) yang memiliki dinding yang tebal.

16 Gejala Penyakit Antraknosa pada Bibit, Batang, Daun dan Buah Pepaya

1. Gejala Serangan Penyakit Antraknosa di Pembibitan Pepaya

a). Jamur Colletotrichum gloesporiodes menyebabkan rebah kecambah (dumping-off), terjadi apabila media semai terlalu lembab/basah karena curah hujan tinggi dan drainase persemaian yang kurang baik,
b). Pangkal batang dan akar membusuk berwarna kecoklatan,
c). Pada umumnya antraknosa pada bibit pepaya menimbulkan gejala laten (bibit tampak sehat).

2. Gejala Serangan Penyakit Antraknosa pada Batang Pepaya

a). Gejala awal terlihat matinya jaringan batang yang ditandai dengan timbulnya kebasahan berwarna abu-abu ataukehitaman dengan bintik-bintik berwarna oranye pada permukaan,
b). Pada jaringan batang yang mati lama kelamaan membentuk cekungan/lekukan,
c). Batang pepaya yang sering terserang adalah bagian batang dekat pucuk,
d). Oleh karena serangan sering terjadi pada bagian batang dekat pucuk, antraknosa menyebabkan gejala mati pucuk (die back).

3. Gejala Serangan Penyakit Antraknosa pada Daun Pepaya

a). Infeksi Jamur Colletorichum gloeosporioides pada daun pepaya awalnya menimbulkan bercak kecoklatan,
b). Pada daun yang terserang terdapat binti-bintik berwarna oranye,
c). Daun pepaya kemudian gugur,
d). Meskipun serangan antraknosa pada daun pepaya tidak teralu berpengaruh terhadap produksi buah, namun berperan dalam penyebaran spora jamur patogen.

4. Gejala Serangan Penyakit Antraknosa pada Buah Pepaya

a). Awalnya terdapat jaringan yang mati yang terlihat sebagai bercak kebasahan pada permukaan buah pepaya,
b). Pada jaringan yang mati tersebut timbul lekukan/cekungan,
c). Selanjutnya lekukan/cekukungan meluas menjadi bercak konsentrik berwarna abu-abu atau kehitaman dengan titik-titik oranye pada permukaan buah pepaya,
d). Dapat terjadi beberapa bercak pada satu buah pepaya yang dapat menyatu,
e). Bercak tersebut dapat terjadi ketika buah pepaya masih dipohon maupun dalam penyimpanan.

14 Cara Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ANTRAKNOSA pada Tanaman Pepaya

Teknik pengendalian penyakit antraknosa pada pepaya dapat dilakukan secara preemtif dan kuratif/responsif. Teknik pengendalian preemtif didasari pemahaman penyakit dari musim-musim sebelumnya
berdasarkan pengetahuan lokal (pengalaman petni) dan sumber informasi lainnya. Teknik pengendalian preemtif menyatu dengan teknik budidaya tanaman. Teknik kuratif/responsif merupakan tindakan atas kondisi penyakit pada musim berjalan yang didasari atas pemantauan di lapangan, yakni pemantaun terhadap gejala maupun faktor cuaca.

Berikut ini beberapa tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit antraknosa pada pepaya ;

a). Menggunakan bibit dari varietas yang tahan terhadap antraknosa,
b). Menggunakan benih dari tanaman sehat/bebas penyakit antraknosa. Benih dapat terineksi antraknosa meskipun buah pepaya tampak sehat dan peluang serangan antraknosa lebih besar saat benih ditanam,
c). Merendam benih pepaya dengan larutan kunyit. Caranya 1 gram tepung kunyit dilarutkan dengan 1 liter air kemudian benih pepaya direndam selama kurang lebih 30 menit,
d). Atau perlakuan benih menggunakan fungisida mankozeb, benomil, carbendazim. Konsentrasi 3-4 g/kg benih, caranya dengan membasahi benih kemudian dicampur rata dengan fungisida.
e). Untuk mengurangi serangan antraknosa, budidaya pepaya sebaiknya dilakukan secara monokultur, tidak melakukan tumpangsari dengan tanaman inang ptogen Colletorichum gloeosporioides seperti singkong, pisang, karet, tomat, cabai, terung dan tanaman inang lainnya,
f). Membersihkan kebun dari gulma atau rumput liar yang bisa menjadi inang patogen,
g). Membuat sistem drainase dengan baik agar lokasi pertanaman pepaya tidak tergenang air saat musim hujan,
h). Usahakan agar tanaman pepaya tumbuh optimal, yaitu dengan menjaga kebutuhan nutrisi tercukupi, pengairan, dan pemeliharaan tanaman secara intensif,
i). Menjaga batang, buah dan daun pepaya semaksimal mungkin agar tidak terjadi luka supaya tidak mudah terinfeksi antraknosa,
j). Sanitasi kebun dengan memusnahkan batang, daun dan buah pepaya yang terinfeksi antraknosa. Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara membakar tanaman sakit,
k). Penggunaan agens hayati, misalnya Trichoderma harizanum dan PGPR untuk meningkatkan ketahanan tanaman pepaya terhadap infeksi antraknosa,
l). Penyemprotan fungisida kontak, seperti mankozeb atau tembaga oksikhlorida. Penggunaan fungisida sistemik dikhawatirkan akan menimbulkan residu yang tinggi pada buah pepaya,
m). Untuk mengurangi infeksi buah dalam penyimpanan, lakukan perendaman buah dengan air hangat (46-53C) selama 3-4 menit,
n). Pada saat pemanenan, buah yang sehat dipisahkan dengan buah yang sakit agar tidak terjadi kontak langsung untuk menghindari infeksi di penyimpanan.

Demikian tentang “Penyebab, Gejala dan Cara Pengendalian Penyakit ANTRAKNOSA pada Tanaman Pepaya“. Semoga

bermanfaat…

Salam mitalom !!!