Panduan Budidaya Menanam JAHE Lengkap dengan Cara Membuat Bibit Jahe

A.    Panduan Teknis Budidaya Jahe

Panduan Budidaya Menanam JAHE Lengkap dengan Cara Membuat Bibit Jahe
Tanaman Jahe (Foto : Bahagia Rasyad)

Budidaya – Jahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan berbatang semu yang termasuk dalam suku Zingiberaceae (Temu-temuan). Jahe adalah salah satu tanaman obat yang sering digunakan sebagai bahan obat herbal, bumbu masak dan bahan minuman. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beruas-ruas dan rasanya pedas. Tidak diketahui secara pasti asal – usul tanaman ini, konon berasal dari India namun pada sumber lain menyebutkan jahe berasal dari daratan cina. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden ginger (Inggris). Di Indonesia jahe memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode (Mandailing), lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung). Di Jawa, jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean). Di Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu (Mongondow), moyuman (Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia (Makassar), dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di Maluku, jahe disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka (Ternate), gora (Tidore), dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur).

B.    Jenis-jenis Varietas Jahe di Indonesia

Secara garis besar tanaman jahe dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis. Varietas jahe dibedakan berdasarkan ukuran rompang, bentuk rimpang dan warna rimpang. Varietas jahe yang dikenal di Indonesia antara lain sebagai berikut :

1).    Jahe Gajah / Jahe badak (Jahe putih/kuning besar). Jenis ini memiliki ukuran rimpang yang besar, ruas rimpang lebih besar (menggembung) jika dibandingkan dengan varietas lainnya. Jahe varietas ini bisa dipanen dan dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

2).    Jahe Emprit / Jahe Sunti (Jahe putih/kuning kecil). Ukuran rimpang dan ruas-ruas jahe jenis ini kecil, agak rata sedikit menggembung. Varietas ini dipanen ketika sudah cukup tua. Rasanya lebih pedas karena kandungan minyak atsiri lebih tinggi daripada jahe gajah. Jahe emprit banyak digunakan sebagai bahan obat herbal dan di ekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3).    Jahe Merah. Varietas jahe merah memiliki ukuran rimpang paling kecil, lebih kecil daripada jahe emprit. Jenis jahe ini cocok digunakan sebagai obat-obatan karena kandungan minyak atsirinya tinggi. Jahe merah selalu dipanen setelah berumur cukup tua.

C.    Syarat Tumbuh Tanaman Jahe

Tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada ketinggian 0 – 1700 meter di atas permukaan laut. Tumbuh optimum pada ketinggian 200 – 600 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman jahe antara 2500 – 4000 mm per tahun dengan suhu sedang sampai panas. Karakteristik dan jenis tanah yang cocok untuk budidaya jahe adalah tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik untuk menanam jahe adalah tanah andosol, latosol merah coklat, terutama pada lahan hutan yang baru dibuka. Ph tanah yang ideal untuk tanaman jahe antara 6,8 – 7,0.

D.    Cara Membuat Bibit Jahe Sendiri

Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan menumbuhkan tunas-tunas pada rimpang jahe. Berikut ini persiapan benih jahe dan tips memilih atau membuat bibit jahe ;

1).    Pilih bibit dari varietas yang ingin dibudidayakan
2).    Bibit yang akan dibudidayakan sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat dan bebas dari penyakit
3).    Bibit berasal dari tanaman jahe yang sudah tua (dipanen pada umur 10-12 bulan),
4).    Rumpun induk pertumbuhannya normal, kekar dan tidak terserang hama maupun penyakit
5).    Ciri-ciri rimpang jahe yang baik dijadikan bibit antara lain ; rimpang mulus, tidak ada bagian yang busuk, warna mengkilat dan bebas dari hama maupun penyakit.

E.    Cara Penunasan Rimpang Jahe

Rimpang jahe sebaiknya ditunaskan terlebih dahulu selama 1 – 1,5 bulan. Sesudah tunas tumbuh rimpang jahe baru bisa ditanam ke lahan. Berikut ini tahapan cara penunasan rimpang jahe menggunakan peti kayu ;

1).    Setelah dipanen rimpang jahe yang akan dijadikan bibit dijemur sementara dan tidak sampai kering. Selanjutnya rimpang jahe tersebut disimpan selama 1 – 1,5 bulan
2).    Rimpang dipotong-potong menggunakan pisau yang bersih dan steril, setiap potongan rimpang memiliki 3 – 5 mata tunas. Selanjutnya setelah dipotong-potong dijemur selama kurang lebih 8 jam
3).    Untuk mencegah penyakit bakteri, bibit dicelupkan kedalam larutan bakterisida. Dosis larutan adalah 3 gram bakterisida per 10 liter air
4).    Setelah dicelupkan bibit jahe ditiriskan dan dijemur
5).    Siapkan kotak kayu, abu gosok/sekam padi secukupnya
6).    Bagian bawah kotak kayu dilapisi dengan sekam padi/abu gosok kemudian letakkan bibit 1 lapis diatasnya. Diatas bibit ditaburi lagi sekam padi/abu gosok dan diatasnya diletakkan bibit, demikian seterusnya dan paling atas bibit ditutup menggunakan sekam padi/abu gosok
7).    Simpan bibit jahe pada tempat yang teduh, tidak terkena hujan ataupun panas.
8).    Biasanya bibit jahe sudah tumbuh tunas pada minggu ke-2 atau ke-4. Bibit siap ditanam dilahan.

F.    Persiapan Lahan dan Cara Pengolahan Lahan Budidaya Jahe

Persiapan lahan budidaya jahe setidaknya dilakukan 1 bulan sebelum bibit siap ditanam. Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari gulma rumput dan sisa-sisa tanaman sebelumnya. Kemudian lahan dicangkul atau dibajak kasar dengan kedalaman 25 – 35 cm, kemudian lahan dijemur selama kurang lebih 1 minggu. Selanjutnya lahan dibajak atau dicangkul untuk kedua kalinya untuk penggemburan. Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 80 – 120 cm, tinggi 25-30 cm dengan panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lahan.

G.    Dosis dan Jenis Pupuk Dasar Tanaman Jahe

Pupuk dasar wajib diberikan pada hampir semua tanaman budidaya, tujuannya untuk menyuburkan tanah serta menyediakan nutrisi bagi tanaman dan membuat tanaman tumbuh lebih subur. Pupuk dasar untuk tanaman jahe antara lain sebagai berikut ;

1).    Kapur Pertanian/Dolomit, diberikan setelah selesai pengolahan lahan pertama (pembajakan kasar). Dengan dosis disesuaikan dengan pH tanah. Kapur pertanian/dolomit ditaburkan merata pada lahan dan dibiarkan sampai tersiram hujan.
2).    Pupuk Kandang/Kompos, penaburan pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan. Kemudian diaduk atau ditutup menggunakan tanah. Pupuk kandang yang baik untuk pupuk dasar tanaman jahe adalah pupuk kandang yang telah difermentasi.
3).    Pupuk TSP/SP36, Urea/ZA dan KCl, pupuk ditaburkan bersamaan dengan penaburan pupuk kandang.
4).    Dosis pupuk dasar tanaman jahe per hektar : pupuk kandang 20-30 ton, urea 200 kg, TSP/SP36 300 kg, dan KCl 300 kg. Atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.

H.    Cara Menanam Bibit Jahe

Penanaman bibit jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Penanaman bibit dilakukan 2 – 3 minggu setelah penaburan pupuk dasar. Berikut ini langkah dan tahapan penanaman bibit jahe ;

1).    Diatas bedengan dibuat beberapa parit memanjang dengan kedalaman 10 – 15 cm. jarak antar parit 40 – 50 cm.
2).    Bibit diletakkan pada parit dengan jarak 30 cm. Bibit diletakkan dengan posisi rebah dan mata tunas menghadap keatas
3).    Kemudian bibit ditutup menggunakan tanah dengan ketebalan kurang lebih 5 cm.

I.    Jenis dan Dosis Pupuk Susulan Tanaman Jahe

Pupuk susulan diberikan pada umur 6-8 minggu setelah tanam. Jenis pupuk susulan untuk tanaman jahe adalah TSP dan KCL dengan dosis masing-masing 125 kg per hektar. Pupuk ditaburkan disekeliling tanaman dan usahakan tidak mengenai batang atau rimpang jahe. Kemudian pupuk ditutup menggunakan tanah atau dilakukan pendangiran/pembumbunan. Jika menggunakan pupuk kandang, taburkan pupuk kandang yang telah matang telah difermentasi.

J.    Pemeliharaan Budidaya Tanaman Jahe

Beberapa kegiatan dalam melakukan pemeliharaan tanaman jahe adalah sebagai berikut ;
1).    Penyulaman, lakukan penyulaman segera setelah terlihat adanya bibit jahe yang mati atau tidak tumbuh dengan sempurna.
2).    Penyiangan, yaitu membersihkan areal pertanaman dari rumput liar atau tanaman pengganggu lainnya
3).    Pembumbunan/Pendangiran, dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan
4).    Monitoring, lakukan pengamatan secara rutin untuk mengetahui perkembangan tanaman dan memonitoring serangan hama maupun penyakit.

K.    Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jahe

Seperti halnya tanaman budidaya pada umumnya, tanaman jahe juga tidak lepas dari gangguan OPT (organisme pengganggu tanaman), baik berupa hama maupun penyakit. Hama dan penyakit yang sering mengganggu tanaman jahe antara lain :

1).    Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
2).    Penyakit busuk rimpang  (Fusarium oxysporum)
3).    Bercak daun (Phyllosticta zingiberi)

Cara mencegah dan mengendalikan hama penyakit tersebut antara lain ; menggunakan bibit unggul yang bebas dari hama penyakit, melakukan monitoring, rotasi tanaman, tidak menanam jahe pada areal yang terserang selama 3-5 tahun, sanitasi lahan, pemupukan yang berimbang dan perlakuan pestisida sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang.

L.    Panen dan Paska Panen Jahe

Pemanenan tanaman jahe dilakukan jika tanaman sudah berumur 10 -12 bulan setalah tanam (tergantung varietas jahe yang ditanam). Pemanenan dilakukan dengan menggali rimpang jahe menggunakan cangkul atau garpu. Lakukan pemanenan dengan hati-hati supaya tidak merusak rimpang. Kemudian rimpang jahe dibersihkan dari tanah yang menempel dan dikemas menggunakan karung goni, keranjang atau kotak kayu. Lakukan penyortiran sesuai dengan grade, pisahkan rimpang yang rusak, busuk atau terserang penyakit. Selanjutnya hasil panen jahe bisa langsung dijual ke pengepul atau diolah terlebih dahulu.

Demikian “Cara Mudah Budidaya Menanam Jahe” Semoga bermanfaat…

Salam mitalom !!!